DALAM ajaran Islam, pacaran bukanlah sesuatu yang dianjurkan. Bahkan, dalam banyak hadis dan ayat Al-Qur’an, Islam menekankan pentingnya menjaga batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Namun, di dunia nyata, banyak orang tua Muslim yang tetap mengizinkan anak-anak mereka berpacaran. Mengapa hal ini bisa terjadi?
1. Perubahan Sosial dan Budaya
Dalam kehidupan modern, nilai-nilai budaya dan sosial terus berkembang. Konsep pacaran yang dulunya dianggap tabu kini semakin dianggap sebagai hal yang wajar. Media sosial, film, dan lingkungan pergaulan juga berperan besar dalam membentuk pandangan masyarakat, termasuk para orang tua. Akibatnya, sebagian dari mereka lebih permisif terhadap fenomena pacaran.
BACA JUGA:Â Mengapa Taaruf Sebelum Menikah Lebih Baik daripada Pacaran? Ini 6 Alasannya
2. Kurangnya Pemahaman Agama yang Mendalam
Tidak semua orang tua Muslim memiliki pemahaman yang kuat tentang hukum Islam terkait pergaulan. Ada yang menganggap pacaran sebagai bagian dari proses mengenal calon pasangan sebelum menikah, tanpa menyadari bahwa pacaran dalam Islam bisa membawa dampak negatif, seperti zina, fitnah, atau maksiat lainnya.
3. Takut Anak Terlalu Kaku dan Sulit Menyesuaikan Diri
Beberapa orang tua khawatir jika mereka melarang anaknya pacaran, anak akan kesulitan dalam bergaul atau menjalin hubungan di masa depan. Mereka berpikir bahwa pacaran bisa menjadi sarana belajar membangun hubungan yang sehat sebelum masuk ke jenjang pernikahan.
4. Anggapan Bahwa Pacaran Bisa Dikontrol
Sebagian orang tua berpikir bahwa selama anak mereka pacaran dengan batasan tertentu—seperti tidak melewati batas fisik dan tetap dalam pengawasan—maka pacaran masih bisa diterima. Mereka percaya bahwa anak-anak mereka cukup bertanggung jawab untuk tidak melanggar aturan agama.
5. Tekanan Lingkungan dan Pergaulan
Ketika mayoritas teman-teman anak sudah mulai berpacaran, ada tekanan sosial yang membuat orang tua merasa aneh jika melarang anak mereka. Mereka tidak ingin anaknya merasa dikucilkan atau berbeda sendiri dalam pergaulan.
6. Kurangnya Komunikasi dan Alternatif Islami
Beberapa orang tua tidak memberikan alternatif Islami yang jelas dalam menjalin hubungan sebelum menikah, seperti ta’aruf. Akibatnya, anak-anak lebih memilih pacaran sebagai jalan utama untuk mengenal lawan jenis. Jika orang tua tidak memberikan edukasi yang cukup, anak akan mengikuti tren yang ada di sekitarnya.
Bagaimana Sikap yang Seharusnya?
Agar tidak terjebak dalam budaya pacaran yang bertentangan dengan ajaran Islam, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh orang tua Muslim:
BACA JUGA:Â Mengapa Banyak Anak Muda Pacaran Meski Dilarang dalam Islam? Ini 7 Alasannya
- Meningkatkan Pemahaman Agama – Orang tua perlu memperdalam ilmu agama dan memahami bagaimana Islam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan.
- Memberikan Pendidikan Seks dan Pergaulan Islami – Anak perlu memahami konsekuensi dari pacaran, baik secara agama maupun kehidupan nyata.
- Mengenalkan Konsep Ta’aruf – Orang tua bisa mengajarkan cara Islami untuk mengenal calon pasangan tanpa harus pacaran.
- Menjadi Teladan – Jika orang tua sendiri menjalankan ajaran Islam dengan baik, anak akan lebih mudah mengikuti.
- Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Anak – Daripada melarang secara keras tanpa penjelasan, lebih baik ajak anak berdiskusi agar mereka memahami alasan mengapa pacaran tidak dianjurkan dalam Islam.
Meski Islam melarang pacaran, masih banyak orang tua Muslim yang mengizinkan anaknya melakukannya karena berbagai alasan, seperti perubahan budaya, kurangnya pemahaman agama, hingga tekanan sosial. Namun, sebagai Muslim, penting untuk memahami bahwa ada cara yang lebih baik dan lebih sesuai dengan ajaran Islam dalam menjalin hubungan, yaitu dengan proses ta’aruf yang lebih terarah dan berkah. []