DI dunia ini, kita bisa menemukan berbagai macam jenis hiburan. Hal tersebut diadakan tentunya untuk membuat manusia tidak begitu tegang dalam menghadapi perjalanan hidupnya. Dan menjadi salah satu sarana yang baik bagi manusia untuk bisa kembali me-refresh keadaan pikirannya dari segala aktivitas rutin yang cukup menguras tenaga dan pikirannya.
Hiburan memang sah-sah saja kita lakukan. Hanya saja, jangan sampai hiburan itu melenakkan kita. Seperti halnya mendengarkan musik, atau bahkan bernyanyi. Ini merupakan salah satu hiburan yang banyak dilakukan oleh hampir seluruh manusia di muka bumi. Tapi, ingatlah, suatu saat nanti kita akan kembali pada Sang Ilahi Rabbi. Maka, jangan sampai nyanyian membuat kita terlena dan lupa akan akhirat.
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa setiap hamba akan dibangkitkan nanti sebagaimana ia meninggal dulu. Barangsiapa meninggal dalam keadaan membaca talbiah, ia akan dibangkitkan dalam keadaan membaca talbiah. Barangsiapa mati dalam keadaan mabuk, ia akan dibangkitkan dalam keadaan mabuk. Bagaimana kalau ada orang meninggal dalam keadaan bernyanyi?
Di sebuah rumah sakit ada salah seorang pasien perempuan yang berbicara dan bergerak. Dokter Abdul Muhsin berkata, “Aku adalah orang terakhir memeriksa pasien itu. Ketika kau melepas alat di telingaku, pasien ini berkata, ‘Semoga Allah memaafkan kalian, bagaimana hasil diagnosis tadi? Demi Allah aku sudah bosan di rumah sakit ini. Kapan aku bisa pulang?’
Kami kirim ia ke laboratorium bumi dan kami kirim kepada, “Yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu.”
Para malaikat tidak pernah bermaksiat ketika diperintah. Tidak lama setelah itu mata didiagnosis di ruang laboratorium. Malaikat maut pun sudah ada di dalam ruangan. Saat itu aku membolak-balikkan map di luar ruangan. Tiba-tiba seorang perawat datang dengan tergesa-gesa. Kami pun memasuki ruangan. Kulihat perempuan tadi bukan perempuan yang kulihat sebelumnya. Mukanya berubah pucat pasi, ujung-ujung jemarinya memanjang, bibirnya gemetaran, detak jantungnya semakin melemah, tensi darah menurun, para dokter langsung dengan sigap menyelamatkan nyawa pasien ini. Mereka berusaha memberikan pertolongan untuk menyelamatkan jiwanya. Aku pun takut ia menutup lembaran catatannya tanpa mengucap kalimat, “Laa ilaaha illallah.”
Dokter Ahmad berkata, “Ikuti bacaanku, ‘Laa ilaaha illallah’.” Bibirnya terkunci seperti gunung yang kokoh, tidak bisa berkata walau hanya satu huruf. Kuulangi kedua kali, ketiga kali, rupanya pasien ini menghadapi sakaratul maut. Mulailah aku mendengar suara kerongkongannya dan keluarlah huruf-huruf yang tidak kumengerti. Kuulangi lagi ucapan Laa ilaaha illallah. Tiba-tiba ia bernyanyi dengan suara terbata-bata dari kerongkongan. Ia menyanyikan lagu salah seorang artis. Belum selesailah bernyanyi keluarlah ruh dari jasadnya. Ia pun bernyanyi sebelum meninggal. Para hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan para penyanyi.”
Demi Allah, kalau pun kita berteriak pada hari kiamat kelak dan setiap hari menggigit jari dan menangis darah, “Ya Rabb, keluarkanlah aku.” Demi Allah SWT, aku tidak akan mendengar, kecuali apa yang Engkau ridhoi dan aku tidak akan melihat, kecuali apa yang Engkau ridhoi. Aku akan bangun malam dan akan berpuasa pada siang hari sampai aku meninggal. Apakah bisa untuk kembali ke dunia? Bacalah ayat ini.
Allah SWT menceritakan tentang orang kafir memohon untuk dapat kembali ke dunia, “… ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan,” (QS. Al-Mu’minun: 99-100). []
Referensi: Bermalam di Surga/Karya: Dr. Hasan Syam Basya/Penerbit: Gema Insani Jakarta 2015