TANGGAL 14-21 November 2012, perang itu diberi nama pertempuran Hijaratus Sijjil, yang berarti batu-batu penghancur. Istilah yang digunakan oleh para pejuang Palestina sebagai sebutan terhadap roket-roket mereka yang mampu mengoyak langit wilayah Israel, bahkan mampu menembus jantung ibukota mereka di Tel Aviv.
Itulah pertempuran Hijaratus Sijjil, ketika itu umat di dunia kembali dipaksa untuk melihat drama pembantaian terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza.
Bagi pejuang Palestina di Jalur Gaza yang dipimpin oleh sayap militer Hamas, pertempuran ini menjadi kesempatan untuk menyebarkan ancaman baru, bukan saja bagi tentara Israel namun juga seluruh warga mereka yang menduduki tanah-tanah Palestina. Pada 2008 lalu, roket yang dimiliki pejuang Palestina hanya berjarak tempuh 15-17 km saja. Namun pertempuran kali ini, pejuang Palestina mampu menembakkan roket dengan jarak tempuh 75-80 km.
Seorang analis Arab, Abdurrahman Alfarhanah mengatakan, pertama, agresi ini dilancarkan untuk menguji kekuatan senjata baru yang dimiliki Israel, diantaranya adalah Iron Dome; sebuah senjata anti rudal yang setelah diuji dalam perang tersebut ternyata masih jauh dari harapan mereka. Kedua, Israel ingin melihat reaksi dari kawasan Arab yang terlibat lahir dari rahim Arab Spring, terutama tetangga Jalur Gaza, Mesir.
Tel Aviv dan Jerusalem (Al-Quds terjajah) merupakan kota yang menjadi sasaran roket-roket pejuang Palestina. Tak bisa dielakkan lagi rasa cemas menghantui setiap warga Israel. 3,5 juta penduduknya lebih memilih meninggalkan rumah dan tinggal di kamp pengungsian ketimbang mati di bawah hujanan “batu neraka” pejuang Palestina.
Gencarnya serangan pejuang Palestina yang mampu menghantam lokasi strategis di “Israel” seperti gedung parlemen Knesset di Tel Aviv dan pemukiman Yahudi di Al-Quds, membuat posisi pejuang Palestina terlihat imbang. Bahkan Hamas memiliki pesawat tanpa awak, yang ditegaskan oleh wakil Kepala Biro Politik Hamas, Musa Abu Marzuq sebagai buah karya dari Brigade Izzudin Al-Qassam ketika itu.
Selama pertempuran tersebut itu pula komandan tertinggi sayap militer Palestina, Ahmad Al-Jabari gugur dibom Israel, namun setelah tewasnya Al-Ja”bari, barisan pejuang Al-Qassam semakin gencar melancarkan serangannya, dengan 100 roket disusul kemudian dengan 527 roket di hari berikutnya. Inilah prosentase paling tinggi dalam sejarah bangsa Palestina dalam sehari melawan Israel. []