AS—Seorang mahasiswa Muslim di Universitas Amerika (AU) di Washington dikabarkan telah berjuang agar makanan halal bisa masuk ke ke kampus dan pihak kampus bisa mengintegrasikan minoritas agama.
“Secara keseluruhan, tersedianya makanan halal akan menciptakan kehadiran dan pengakuan terhadap hak-hak pelajar Muslim,” kata wakil presiden Asosiasi Mahasiswa Muslim AS (MSA), Ammarah Rehman Junior kepada The Eagle.
Rehman adalah salah satu siswa Muslim di AU yang telah berjuang agar tersedianya makanan halal di kampusnya.
Menurutnya, hanya Elevation Burger’s yang menawarkan makanan halal kepada para mahasiswa Muslim.
“Karena pilihannya terbatas, saya harus menggunakan banyak pilihan sayuran untuk mengganti protein yang hilang dalam makanan saya,” kata seorang mahasiswa baru, Alaa Hammoudeh.
Mahasiswa lain, Samia Warsame setuju dengan tersedianya makanan halal di kampus. Ia mengatakan para mahasiswa Muslim terpaksa menguras banyak usaha baik secara fisik maupun finansial demi mendapat makanan halal.
“Saya percaya kurangnya makanan halal di kampus sangat merugikan. Kami benar-benar harus bisa membatasi apa yang bisa kita makan, dan kita malah harus mencari tempat makanan halal di luar kampus yang tentunya menyita banyak waktu, energi dan uang,” kata Warsame.
Kini, MSA menganjurkan pihak kampus agar bisa menyediakan lebih banyak pilihan makanan halal ke kampus.
Untuk membawa lebih banyak pilihan makanan halal bagi mahasiswa Muslim, Rehman baru-baru ini memulai sebuah petisi online untuk menunjukkan dukungan atas inisiatif tersebut. Petisi tersebut dengan cepat mendapat daya tarik di media sosial.
Pada 16 November, petisi baru mendapat 567 tanda tangan dan mendapat pengakuan dari MSA International dan Zabihah, asosiasi restoran halal dan pasar dunia.
Fatima Munshi, co-president MSA, berjanji untuk terus berjuang agar lebih banyak pilihan makanan halal di kampus.
Munshi terinspirasi oleh kerja advokasi yang dilakukan oleh para pemimpin Muslim di kampus AU.
“Anda melihat dunia di sekitar Anda sekarang, Islamofobia berada pada titik tertinggi sepanjang sejarah. Dan pada saat bersamaan, kami memiliki begitu banyak pemimpin besar di komunitas kami dan begitu banyak pekerjaan besar yang harus dilakukan untuk memerangi Islamofobia,” demikian Munshi. []