BAGAIMANA jika seseorang bertanya kepada kita tentang Allah? Sebagai muslim yang bertauhid, tentunya kita harus mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan baik.
Imam Abu Hanifah memberi kita bocoran. Ketika ia ditanya soal Allah, ia menjawabnya dengan ‘akal’. Nah, jika sewaktu-waktu kita ditodong dengan pertanyaan ‘menjebak’ tentang Allah, kisah Abu Hanifah berikut ini bisa jadi referensi jawabannya.
Ada seorang kafir zindiq datang kepada Abu Hanifah. Ia bertanya, “Wahai Abu Hanifah, apakah kamu melihat tuhanmu?”
“Tuhanku maha suci tidak bisa dilihat di dunia ini,” jawab Abu Hanifah.
Orang kafir itu bertanya lagi, “Apakah kamu dapat mendengar suara tuhanmu? Apakah kamu dapat merasakannya? Apakah kamu dapat menciumnya? Dan, apakah kamu dapat merabanya?”
“Tuhanku maha suci, Dia tidak sama dengan mahluk. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” jelas Abu Hanifah.
“Jika kamu tidak bisa melihatnya, mendengarnya, menciumnya, merasakannya, atau pun merabanya, bagaimana kamu tahu bahwa tuhanmu itu ada?” sangal orang kafir itu.
Kemudian Abu Hanifah balik bertanya, “Apakah kamu dapat melihat akalmu?”
“Tidak,” jawab orang itu.
“Apakah kamu dapat mendengar akalmu?” Tanya Abu Hanifah lagi, “Apakah kamu dapat meraba akalmu?”
Lagi-lagi kafir zindiq itu menjawab, “tidak.”
Lalu, Abu Hanifah melanjutkan pertanyaannya, “Apakah kamu orang yang berakal atau orang yang gila?”
“Sungguh aku orang yang berakal,” Jawab orang itu meyakinkan.
“Dimana akalmu?” tanya Abu Hanifah lagi.
“Ada,” jawabnya.
“Begitulah keberadaan Allah. Dia berada di atas segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun di bawah-Nya. Begitu juga, Allah berada dalam segala sesuatu. Dia tidak seperti sesuatu dan tidak ada sesuatu pun menyamai-Nya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” []
Sumber: Allah Tidak Pernah Tidur/Mustafa Murad/Mirqat