“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Hal itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (al-A’raf: 26)
ISLAM mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk soal pakaian. Sebagai manusia tentu kita ingin selalu menampilkan pakaian terbaik. Namun, pakaian macam apa yang terbaik menurut ajaran Islam? Ayat diatas merupakan rujukan jawabannya.
Dilansir dari asysyariah, Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal menguraikan perihal ayat tersebut.
Ayat ini dijadikan dalil oleh para ulama tentang kewajiban menutup aurat dan tidak menampakkannya. Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir al-Qurthubi bahwa mayoritas ulama mengatakan, ayat ini adalah dalil tentang wajibnya menutup aurat. Sebab, Allah Subhanahu wata’ala mengatakan ‘yang menutupi aurat-aurat kalian’.
Tidak ada perselisihan di kalangan ulama tentang kewajiban menutup aurat dari pandangan manusia. Hal ini dikuatkan pula oleh hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Seorang lelaki tidak boleh melihat aurat lelaki lain, dan wanita tidak boleh melihat aurat wanita lain.” (HR.Muslim)
Dan hadis lainnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Jagalah auratmu kecuali dari istri atau budak wanitamu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)
Namun, ada silang pendapat di kalangan ulama tentang makna kalimat ‘Kami menurunkan pakaian’ dalam ayat di atas.
Ada yang berkata bahwa yang dimaksud adalah Allah SWT menurunkan hujan yang kemudian menumbuhkan kapas dan pohon katun, serta memberi penghidupan kepada hewan-hewan yang di antaranya menghasilkan wol dan bulu-bulu lainnya. Ada pula yang berkata bahwa maksud ‘menurunkan’ disana adalah menurunkan sebuah pakaian bersama turunnya Adam dan Hawa untuk dijadikan contoh bagi yang lainnya. Ada pula yang berkata, menurunkan di sini bermakna menciptakan.
Intinya pakaian yang diturunkan Allah SWT dalam redaksi ayat ini merujuk pada salah satu nikmat Allah bagi manusia, yaitu pakaian yang menutupi aurat mereka dan melindungi tubuh mereka dari berbagai hal yang memudaratkan, seperti dingin, panas, debu, atau luka seperti misalnya baju besi yang digunakan dalam pertempuran, dan lainnya.
Ini juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam Qur’an surat An Nahl ayat 81.
“Dan Dia jadikan bagimu pakaian yang melindungimu dari panas dan pakaian yang melindungi kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri.”
Dalam Tafsir al-Karim ar-Rahman, Al – Allamah as – Sa ’ di rahimahullah menerangkan, “Allah Subhanahu wata’ala memberi kenikmatan kepada manusia dengan memberi kemudahan kepada mereka dalam bentuk pakaian yang wajib dan pakaian perhiasan. Demikian pula kenikmatan lainnya, seperti makanan, minuman, kendaraan, pernikahan, dan yang lainnya. Allah Subhanahu wata’ala telah memudahkan para hamba-Nya terkait dengan (kebutuhan) yang wajib maupun yang menjadi penyempurnanya. Allah Subhanahu wata’ala juga menjelaskan kepada mereka bahwa tujuan kenikmatan tersebut bukan sekadar pemberian, melainkan untuk membantu mereka beribadah dan taat kepada-Nya.”
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah dalam Tafsir ath-Thabari juga menerangkan, “Allah Subhanahu wata’ala mengatakan kepada orang-orang Arab yang jahil, yang dahulu melakukan thawaf dalam keadaan telanjang karena mengikuti perintah setan dan meninggalkan ketaatan kepada-Nya. Allah Subhanahu wata’ala mengingatkan mereka tentang tipu daya setan yang membuat mereka teperdaya sehingga berhasil menguasai mereka dengan menghilangkan kenikmatan yang menjadi pelindung mereka. Akhirnya, mereka menampakkan dan saling memperlihatkan auratnya di antara mereka. Setan berhasil menggiring mereka sebagaimana ia berhasil menggiring kedua orang tua mereka, yaitu Adam dan Hawa, yang diperdaya oleh setan hingga Allah Subhanahu wata’ala menghilangkan penutup yang Dia berikan kepada keduanya sehingga tampaklah auratnya. Mereka pun bertelanjang.”
Jadi, pakaian terbaik yang dimaksud dalam ayat diatas adalah sikap dan karakter takwa seorang muslim yang melekat pada dirinya. Pakaian itu bukan hanya membungkus tubuh dan menutup aurat, melainkan cerminan akhlaknya.
Seorang penyair berkata, “Jika seseorang tidak memakai pakaian ketakwaan, dia telanjang meskipun sedang berpakaian Sebaik-baik pakaian seseorang adalah taat kepada Rabb-nya Dan tiada kebaikan bagi seseorang yang bermaksiat kepada Allah SWT.”
Maka, seorang muslim yang bertakwa tak hanya memperhatikan keindahan atau kerapihan busana luar yang membungkus tubuhnya, tapi juga memperhatikan keindahan akhlak yang membalut jiwa dan hatinya. Ia akan senantiasa berserah diri kepada Allah Subhanahu wata’ala, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi laranga-Nya.
Dalam Taisir al- Karim ar-Rahman, Al – Allamah as – Sa ’ di rahimahullah menerangkan, “Dan pakaian ketakwaan itu lebih baik” daripada pakaian jasmani. Sebab, pakaian ketakwaan akan selalu dikenakan oleh seorang hamba, tidak lusuh dan hancur, sehingga semakin memperindah hati dan ruhnya. Adapun pakaian tubuh, paling bermanfaat tatkala digunakan untuk menutupi aurat yang tampak pada waktu tertentu atau menjadi sebuah perhiasan bagi manusia. Tidak ada lagi manfaat selain itu. Itu pun jika seseorang tidak memiliki pakaian dan auratnya tersingkap. Itu tidak memudaratkan baginya jika tersingkap ketika dalam keadaan terpaksa. Adapun seseorang yang tidak memiliki pakaian ketakwaan, aurat batinnya yang akan tersingkap sehingga ia mendapatkan kehinaan dan keburukan.”
Ada juga riwayat lain yang menerangkan makna pakaian takwa dalam ayat tersebut. Ini disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Ibnul Anbari rahimahullah berkata, “Pakaian takwa adalah rasa malu.”
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Yang dimaksud adalah amalan saleh.”
Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Rupa yang baik pada wajah.”
Ada pula yang berkata, “Apa yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan menjadi hidayah-Nya.”
Urwah bin Zubair rahimahullah berkata, “Yang dimaksud adalah rasa takut kepada Allah Subhanahu wata’ala.”
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam rahimahullah berkata, “Ia bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala lalu menutup auratnya, itulah pakaian ketakwaan.”
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,“Semua pendapat ini berdekatan maknanya.”
Sedangkan dalam Fathul Qadir, Asy-Syaukani rahimahullah menjelaskan, “Ini bisa diterapkan kepada setiap yang mengandung nilai takwa kepada Allah Subhanahu wata’ala, sehingga termasuk di dalamnya semua pendapat yang disebutkan.”
Sebagai seorang muslim, seyogyanya kita menampilkan pakaian terbaik yang bukan hanya bermakna selembar kain atau satu setel busana, melainkan ketakwaan yang sempurna. Inilah pakaian yang sungguh-sungguh harus dijaga dan dipelihara, yaitu pakaian takwa. []