SIAPA yang tidak kenal Harvard University, Universitas paling bergengsi di dunia, sekaligus universitas tertua dan ternama di Amerika Serikat, berdiri di kota Cambridge wilayah negara bagian Massachusetts tahun 1636. Menyinggung tentang Harvard, mungkin sebagian orang sudah banyak tahu, jika ternyata ada ayat Quran yang dinukil dan diukir di sana, tepatnya di pintu gerbang Fakultas Hukum Harvard. Sebaliknya mungkin sama seperti saya yang tahu baru-baru ini, lewat obrolan dengan teman.
“Udah tau kan, kalau di gerbang fakultas Hukum Harvard ada ayat Quran yang diukir di sana?”
“Ah yang bener?” saya mengerenyitkan dahi, belum percaya.
Langsung saja dengan mudahnya saya membuktikan, cepat-cepat meraih ponsel dan mengetik keyword: “Harvard dan Quran” pada mesin pencari web. Benar adanya, keluarlah berkas-berkas informasi yang tersimpan dalam layanan “www..” memberitakan tentang Harvard dan tulisan QS. An Nisa: 135. Apa reaksi saya saat itu? Bangga menjadi muslim! Quran membuktikan menjadi kitab terhebat yang dimiliki umat muslim, bahkan sekelas Harvard dan orang-orang cerdas di dalamnya pun mengakuinya.
Menurut informasi yang saya baca, Harvard mengabadikan QS. An Nisa: 135 sebagai kata-kata terbaik tentang keadilan sepanjang sejarah. Di sana ternyata, QS. An Nisa: 135 bersanding dengan kutipan pemikiran sejumlah filusuf.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan,” QS. An Nisa: 135.
“Masya Allah, keren ya!” saya sumringah.
“Ruh Quran!” timpal teman saya
“Maksudnya?” tanya saya dengan cepat
Takjub dan perasaan bangga itu nyatanya belum cukup, dengan kode “Ruh Quran” dari ujaran teman saya itu, saya berusaha cepat-cepat menangkap maksudnya. Quran memanglah sebuah kitab berbentuk lembaran yang dibukukan dengan terjemahan berbagai versi bahasa di dunia dan teks asalnya bahasa Arab, artinya siapapun dapat tahu, membaca, mempelajari, bahkan menganalisa dan mengkajinya, dan itu bisa saja dilakukan oleh orang selain muslim sekalipun.
Masih ingat dengan salah satu pernyataan calon kandidat kepala daerah dan QS. Al Maidah: 51?
Nah, begitupun dengan orang-orang Harvard di sana, mereka mudah saja menukil dan mengukir salah satu ayat Quran atas nama penghormatan terhadap Quran, lantas apakah dengan begitu banyak guru besar, ilmuwan lulusan Harvard, atau mahasiswa di sana menjadi mudahnya untuk langsung taat pada Allah SWT dan menyembah-Nya? Jawabnya tidak!
Lalu orang muslim yang setiap hari membaca Quran-pun sudah dipastikan mengamalkan isi Quran yang mereka baca? Belum tentu! Boleh jadi masih ada mereka yang membaca Quran setiap hari tapi masih belum memakai jilbab sesuai standar Quran, mereka yang membaca Quran nyatanya masih sering menggunjing, mereka yang membaca Quran nyatanya masih melakukan praktik riba, dan seterusnya.
Quran itu terdiri dari jasad dan ruh. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadisnya, “Lahu dzahrun wabathnun” (baginya (Quran) mempunyai jasmani (zahir/buku/kitab) dan ruhani (batin).” (Syarhussunnah).
Di sinilah poinnya, maksud ruh Quran itu. Saya dan teman mencoba membahasnya. Jadi, ruh Quran itulah ada pada setiap hamba Allah SWT yang menjadikan Quran sebagai rujukan saat bersikap dan beramal dalam kesehariannya. Ini tentunya berlaku bagi hamba-Nya yang terpilih (tidak semua orang) untuk mampu menyatukan jasad dan ruh Quran, maka kitab suci itu akan hidup dalam dirinya. Dan letaknya ada pada “Hidayah” Allah SWT.
Hidayah, itulah petunjuk yang Allah kehendaki melalui Quran, kitab dan pedoman yang Ia turunkan lewat Nabi Muhammad SAW, kehendak di jalan lurus untuk menuju perjalanan jauh yaitu negeri akhirat, dan nasib kita selanjutnya adalah dengan pertanyaan: “Man Robbuka?” dan lainnya. Maka, bersiap-siaplah! []