MUHAMMAD Al Fatih, seorang pemimpin besar dalam catatan sejarah peradaban Islam. Namanya begitu harus di dunia sebagai penakluk konstantinopel. Mengapa dia begitu istimewa?
Sejak kecil Muhammad Al Fatih berada dalam bimbingan seorang mufti di Istana Sultan Murad Syeikh Aaq Syamsuddin. Dia sering membacakan hadis Rasulullah SAW dari Abdullah bin Amru bin Ash.
Dalam hadis itu diriwayatkan bahwa suatu ketika sahabat Rasulullah yang zuhud, putra penakluk mesir itu pernah ditanya, “Mana yang lebih dulu dibebaskan, Konstantinopel atau Roma?”. Ia pun menjawabnya seperti jawaban Rasulullah ketika diatanyai pertanyaan yang sama. Abdullah bin Amru bin Ash berkata, “Kota Heraklius lebih dahulu. Yang menaklukannya adalah sebaik-baik pasukan. Dan, pemimpinnya adalah sebaik-baik panglima.”
Hadis itu begitu meresap di hati Al Fatih. Ia pun senantiasa berdoa kepada Allah, “Ya Allah, jadikan aku sebaik-baik pemimpin, atau sebaik-baik prajurit!”
Doa itu ia barengi dengan usaha. Al Fatih menjauhi kehidupan mewah istana, berguru pada para ulama dan lebih khusyu dalam beribadah.
pada usia 23 tahun, doa Al Fatih terwujud. Ia berdiri di atas mimbar sebagai pemimpin pasukan yang namanya harum sepanjang masa.
Di sepertiga malam terakhir menjelang penyerbuan yang mengabadi dalam sejarah, ia membuka suara dihadapan pasukannya.
“Saudara-saudaraku di jalan Allah,amanah yang dipikulkan ke pundak kita menuntut hanya yang terbaik yang layak mendapatkannya,” Ujar Al Fatih.
Inilah istimewanya Muhammad Al Fatih.
“Tujuh ratus tahun lamanya nubuat Rasulullah telah menggerakan para mujahid tangguh, tetapi Allah belum mengizinkan mereka memenuhinya,” ungkap Al Fatih seraya meneruskan, “Aku katakan pada kalian sekarang, yang pernah meninggalkan sholat fardhu sejak baligh, silakan duduk!”
Tak ada seorang prajurit pun yang bergeming. Mereka semua tegak berdiri.
“Yang pernah meninggalkan puasa Ramadhan, silakan duduk!”
Hening.
“Yang pernah mengkhatamkan alquran melebihi sebulan, silakan duduk!”
Kali ini, beberapa prajurit terduduk sambil berlinang air mata. Mereka merasakan pedih karena tersisih dari pasukan.
“Yang pernah kehilangan hafalan alquran, silakan duduk!”
Lebih banyak yang kini merasakn sedih. mereka terduduk lemas karena kehilangan kesempatan menjadi prajurit terbaik.
“Yang pernah meninggalkan sholat malam sejak baligh, silakan duduk!”
Makin sedikit yang bertahan dalam posisi berdiri.
“Yang pernah meninggalkan puasa Ayyamul Bidh, silakan duduk!”
Kali ini semuanya terduduk lemas.
Hanya satu orang yang masih berdiri tegak. Dialah Muhammad Al Fatih sendiri. Sang sultan yang jadi pemimpin pasukan penakluk Konstantinopel. Melalui kepemimpinannya lah kota tersebut bisa dikuasai pemerintahan Islam.
Al Fatih melakukan strategi yang luar biasa, sesuatu yang sulit diduga dan tak terpikirkan sebelumnya. Ia menyebrangkan kapal-kapal perang ke Konstantinopel, bukan melalui perairan yang sulit ditembus. Melainkan lewat jalur darat. Dengan apa?
Kapal-kapal itu disebrangkan dengan memanfaatkan kayu gelondongan yang dilumuri lemak sapi.
Benar apa yang disebutkan dalam hadis Rasul. Tak sembarang prajurit yang turut dalam pertempuran menyejarah itu. Dan, hanya pemimpin terbaiklah yang bisa memenangkannya. []
SUMBER: JALAN CINTA PARA PEJUANG | SALIM A. FILLAH | PRO-U MEDIA