KETIKA seseorang masuk ke liang lahat, maka tinggallah ia sendirian. Tanpa keluarga, teman, saudara yang menemani. Namun beberapa beranggapan jika roh orang yang baru meninggal masih memiliki ikatan batin dengan keluarganya.
Sehingga muncul pertanyaan apakah bila keluarga si mayat waktu berziarah kubur roh orang meninggal bisa mengetahui kedatangannya?
Dalam kitab Ibnul Qoyyim Ar-Ruh dalam bab pertama dibahas masalah ini. Dalilnya orang meninggal dapat mendengar dan mengetahui kunjungan para peziarah adalah sebagai berikut:
Di dalam Ash-Shahihain diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dari beberapa jalan, bahwasannya beliau memerintahkan untuk mengumpulkan para korban perang Badr (dari kalangan musyrikin Quraisy) dan melemparkannya ke dalam sebuah lubang bekas sumur.
Kemudian beliau mendekat dan berdiri di dekat mereka sambil memanggil nama mereka satu persatu, “Hai Fulan bin Fulan, hai Fulan bin Fulan, apakah kalian mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb kalian benar? Sesungguhnya aku mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb-Ku kepadaku adalah benar.”
Umar bin Khaththab bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin engkau berbicara dengan orang-orang yang sudah menjadi bangkai ?”
Beliau menjawab, “Demi Yang mengutusku dengan kebenaran, mereka lebih mampu mendengar apa yang kukatakan daripada kalian, hanya saja mereka tidak mampu menjawab.”
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar suara sandal orang-orang yang mengiringinya, saat mereka meninggalkan kuburnya.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mensyariatkan kepada umatnya agar mengucapkan salam kepada ahli kubur (penghuni alam kubur) ketika memasuki area kuburan. Seruan salam diucapkan seperti kepada lawan bicara.
“Salam sejahtera atas kalian wahai para penghuni kubur dari orang -orang mukmin dan muslim, sesungguhnya atas kehendak Allah kami akan bersua dengan kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang lebih dahulu meninggal daripada kami dan kalian serta yang lebih akhir. Kami memohon afiat kepada Allah bagi kami dan bagi kalian”
Salam dan seruan semacam ini ditujukan kepada orang yang hadir, dapat mendengar, dapat diseru, mengetahui dan dapat membalas salam itu meskipun yang mengucapkan salam tidak dapat mendengar jawabannya.
Hadits-hadits tentang penghuni alam kubur bisa mendengar dan mengetahui peziarahnya didukung dengan riwayat mimpi yang benar berkaitan dengan hal tersebut.
Dari Al Fadhl bin Muawaffiq, anak Sufyan bin Uyainah, dia berkata, “Aku sangat terpukul atas kematian ayahku. Maka aku setiap hari menziarahi kuburannya. Tapi ziarahku semakin lama semakin jarang. Ketika suatu hari aku menziarahi kuburannya dan duduk disisinya, tiba-tiba saja aku tak kuat menahan kantuk, kelopak mataku terasa berat, hingga akhirnya akupun tertidur disana. Dalam tidurku itu aku bermimpi seakan-akan kubur ayahku terkuak, lalu tampak ayahku duduk diatas kuburnya sambil dengan tetap mengenakan kain kafannya, dengan raut muka orang yang sudah meninggal. Aku menangis tatkala melihatnya. Lalu ayah berkata, “Wahai anakku, sudah cukup lama kamu tidak kesini.”
“Apakah ayah mengetahui kedatanganku?” tanyaku
“Aku tahu setiap kali kamu datang kesini. Aku senang dan gembira jika kamu datang kesini dan atas doamu, begitu pula orang-orang disekelilingku”
Setelah itu dia seringkali menziarahi kubur ayahnya. []