KETIKA sudah menikah, kita akan memiliki keluarga yang baru. Tentunya, hal ini baik untuk menjalin persaudaraan antar dua keluarga. Tetapi sayangnya, seringkali terjadi masalah. Khususnya antara menantu dan mertua.
Pernahkah Anda, sebagai menantu tersakiti oleh perkataan mertua? Ya, hal ini memang sering terjadi pada beberapa orang. Ucapan mertua seringkali tajam, hingga menusuk ke dalam hati dan sulit terobati. Lantas, apa yang harus dilakukan?
Dilansir dari sebuah artikel berjudul Cara Bijak Menghadapi Ibu Mertua yang Suka Bicara Nyelekit karya Miyosi Ariefiansyah alias @miyosimiyo dijelaskan bahwa ada lima cara bijak menyikapi mertua yang ucapannya menyakiti hati. Apa sajakah itu?
1. Sabar, Jangan Pernah Membalas
Ingat dalam salah satu ayat bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar. Ingat juga dalam ayat lain bahwa segala perbuatan baik atau buruk pasti akan mendapat balasannya.
Biasanya, orang yang suka berkata nyelekit atau menyakitkan membabi buta atau bicara nusuk merendahkan, setelahnya akan menyesal. Meskipun penyesalan setelah kejadian tidak akan berguna karena tidak mengubah apa-apa.
Nah, itu sebabnya jika disuruh memilih mana yang kita pilih, menyesal setelah berkata kasar atau diam dulu jika dirasa masih emosi? Yang pertama jelas berbuntut tidak menyenangkan.
Hal tersebut berlaku saat berinteraksi dengan siapa saja, lebih-lebih ke mertua yang notabene sosok terpenting dalam kehidupan suami kita sebelum menikah. Jadi biarkanlah ibu mertua bicara semaunya dan apa saja mumpung masih bisa. Kita tinggal duduk manis mendengarkan tanpa perlu ambil pusing atau memasukkannya ke dalam hati. Serahkan semuanya pada Allah.
2. Jangan Terlalu Sering Berinteraksi, Apalagi Serumah dalam Jangka Waktu Lama
Resep berikutnya adalah dengan tidak terlalu sering berinteraksi alias mandiri. Lebih-lebih, sudah menikah ya memang harus mandiri, bukan? Hormati dan berbaktilah sepenuh hati pada mertua, muliakanlah, tapi di sisi lain kita juga mesti mandiri dan punya kehidupan sendiri.
Jangan berekspektasi terlalu tinggi. Misal mengharap sikap ibu mertua sebijak di buku-buku parenting atau film keluarga. Karena terlalu banyak berharap bisa bikin kecewa. Jika sedari awal ibu mertua memang sudah hobi berkata pedas, ya sudah berarti itu memang sudah karakternya. Tidak usah bermimpi untuk bisa mengubah. Kitalah yang harus waras, dalam artian bersikap sopan dan baik serta hormat dengan tanpa meninggalkan sisi kemandirian kita.
3. Dorong Suami Kita untuk Menyayangi atau Memperhatikan Ibu Mertua Kita yang Notabene adalah Ibunya
Ada kalanya sikap ibu mertua yang menusuk hati seperti itu karena luapan emosi dulu tidak diperlakukan seperti itu oleh suaminya yang notabene bapak mertua kita. Sehingga timbullah rasa cemburu tapi tidak mau mengaku. Jika memang seperti itu, lagi-lagi kitalah yang harus sadar. Jangan berharap muluk dan hidup di negeri dongeng atau terlalu idealis semisal dengan memiliki opini, “Seharusnya, orang yang sudah tua itu bijak karena pengalamannya sudah banyak.”
Kitalah yang mesti sadar bahwa biar gimana-gimana ibu mertua juga wanita. Mungkin ada masa lalu yang belum tuntas yang terbawa hingga sekarang. Sehingga ketika melihat kita begitu disayangi suami yang notabene adalah anaknya, sang ibu mertua merasa cemburu dan ingin juga diperlakukan seperti itu.
4. Sadari bahwa Ibu Mertua Kita Tidak Bahagia
Karena orang yang benar-benar bahagia dan damai hatinya (apapun kondisinya) tidak akan menyakiti orang lain dengan alasan apapun. Itu sebabnya, saat ibu mertua bicara nyelekit dan menusuk sementara kita merasa tidak berbuat aneh-aneh (enggak selingkuh, enggak neko-neko, enggak korupsi) maka doakan saja agar ibu mertua bisa bahagia dan damai jiwanya sehingga tidak lagi berbuat seperti itu.
5. Jadikan Semuanya Sebagai Pelajaran Berharga
Semua mertua pernah jadi menantu sementara menantu belum pernah jadi mertua. Jika kita sudah tahu rasanya diperlakukan tidak menyenangkan itu menyakitkan, maka saat kelak jadi mertua kita tidak akan berbuat hal yang sama. []