DUNIA yang kita tinggali hari ini semakin kompleks. Kemajuan teknologi dan globalisasi membuat kita hidup berdampingan dengan berbagai macam suku, agama, budaya, pandangan politik, hingga cara hidup yang beragam. Dalam suasana seperti ini, tantangan terbesar seorang muslim bukan hanya menjaga keimanannya, tetapi juga bagaimana hadir sebagai sosok yang menyejukkan dan membawa rahmat di tengah perbedaan.
Islam, sejak awal kehadirannya, sudah mengajarkan nilai-nilai toleransi, kasih sayang, dan kedamaian. Allah SWT menurunkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam—bukan hanya bagi umat Islam saja.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Lalu, bagaimana seorang muslim bisa menjadi pribadi yang menyejukkan di tengah masyarakat yang majemuk ini? Berikut beberapa sikap dan prinsip yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
BACA JUGA: Yang Tidak Boleh Dilakukan oleh Seorang Muslim di Malam Hari
1. Menjaga Lisan dan Perkataan
Perbedaan sering kali memicu konflik bukan karena isi dari perbedaan itu sendiri, tapi karena cara penyampaiannya. Lisan yang kasar, merendahkan, atau menyulut emosi bisa memperbesar jurang perbedaan.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap menyejukkan dimulai dari ucapan yang lembut, menghargai pendapat orang lain, serta tidak tergesa-gesa dalam menghakimi.
2. Berbaik Sangka dan Tidak Mudah Menghakimi
Salah satu penyebab keretakan di tengah perbedaan adalah sikap suudzon (buruk sangka) dan merasa paling benar sendiri. Padahal, Islam sangat menganjurkan untuk berpikir positif dan melihat sisi baik dari orang lain.
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Dengan berbaik sangka, seorang muslim mampu menciptakan suasana damai, menghindari konflik, dan menjaga ukhuwah, baik sesama muslim maupun dengan non-muslim.
3. Meneladani Akhlak Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama dalam menghadapi perbedaan. Ketika beliau berdakwah di Mekkah, beliau dihina, dilempari batu, bahkan diusir. Namun yang keluar dari lisan dan hatinya adalah doa dan kasih sayang.
Sikap beliau terhadap tetangga Yahudi yang sakit, terhadap kaum musyrik Quraisy yang memusuhinya, hingga perjanjian damai yang beliau lakukan dengan berbagai kelompok menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan kedamaian, bukan permusuhan.
4. Menghargai Perbedaan Sebagai Sunnatullah
Allah menciptakan manusia dalam kondisi yang beragam, bukan untuk dijadikan alasan permusuhan, tapi agar saling mengenal dan belajar satu sama lain.
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal…” (QS. Al-Hujurat: 13)
Seorang muslim yang menyejukkan mampu melihat perbedaan sebagai kekayaan, bukan ancaman. Ia tidak merasa perlu memaksakan kehendak atau mencela yang tidak sama.
5. Menjadi Agen Kebaikan, Bukan Sumber Konflik
Seorang muslim seharusnya hadir membawa manfaat di mana pun ia berada. Dalam lingkungan kerja, tetangga, dunia maya, hingga pergaulan sosial, keberadaannya semestinya membawa ketenangan, bukan keributan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Menjadi muslim yang menyejukkan berarti aktif dalam kebaikan: membantu yang kesulitan, menolong tanpa pandang latar belakang, dan menjadi pendamai dalam konflik.
6. Bijak Bermedia Sosial
Di era digital, banyak konflik muncul bukan dari pertemuan fisik, tapi dari perdebatan di media sosial. Seorang muslim yang bijak akan menjaga jarinya seperti ia menjaga lisannya. Ia tidak mudah terpancing, tidak menyebarkan hoaks, dan tidak ikut dalam perdebatan yang sia-sia.
“Cukuplah seseorang dikatakan berdosa ketika dia menyebarkan segala hal yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Bijak dalam dunia maya adalah bentuk nyata dari karakter muslim yang menyejukkan di era modern.
7. Mendoakan, Bukan Melaknat
Ketika melihat perbedaan yang sangat tajam atau perbuatan yang menurut kita salah, jangan buru-buru mengutuk atau membenci. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mendoakan, bukan mencela.
BACA JUGA: 10 Pertanyaan Singkat tentang Penemuan Muslim dan Jawabannya
Kita tidak tahu siapa yang akan Allah beri hidayah. Bisa jadi orang yang kita nilai buruk hari ini, kelak menjadi orang yang lebih mulia dari kita di sisi-Nya.
Menjadi muslim yang menyejukkan bukan berarti mengorbankan prinsip agama demi diterima masyarakat. Tapi justru menunjukkan keindahan Islam melalui akhlak, sikap, dan tutur kata yang lembut. Di tengah dunia yang penuh perbedaan dan mudah tersulut konflik, kehadiran seorang muslim yang teduh, ramah, dan penuh kasih adalah secercah cahaya yang dibutuhkan umat manusia.
Karena sejatinya, Islam hadir bukan untuk memecah, tapi untuk mempersatukan. Bukan untuk menghukum, tapi untuk menyelamatkan. Dan setiap muslim adalah duta dari ajaran tersebut. []