NABI mengirim Mu’adz bin Jabal ke Yaman untuk mengajak orang-orang memeluk Islam dan mengajari mereka praktik-praktik agama Islam. Ada sejumlah pelajaran yang bisa kita petik dari petunjuk yang diberikan Nabi kepadanya.
Berikut pelajaran dan hikmah dari perintah tersebut:
1 Memperkenalkan Islam secara bertahap
Ibnu Abbas meriwayatkan,kKetika Rasulullah SAW mengirim Mu’adz ke Yaman, dia berkata kepadanya:
“Sesungguhnya, kamu datang kepada orang-orang di antara para ahli Kitab, jadi panggil mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah Utusan Allah. Jika mereka menerimanya, maka ajari mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu setiap siang dan malam. Jika mereka menerimanya, maka ajari mereka bahwa Allah sebagai amal wajib diambil dari orang kaya dan diberikan kepada orang miskin. Jika mereka menerimanya, berhati-hatilah untuk tidak mengambil dari kekayaan terbaik mereka. Waspadalah dari do’a orang yang tertindas, karena tidak ada penghalang antara itu dan Allah.” (HR muslim, sahih, Muttafaq Alaih)
Dalam hadis ini, Nabi menginstruksikan Mu’adz untuk memperkenalkan Islam kepada orang-orang secara bertahap, dimulai dengan keyakinan yang paling penting, kesaksian iman dan tauhid, dan beralih ke rukun sholat dan amal berikutnya.
Dengan demikian, ketika mengajak orang untuk memeluk Islam, kita harus mengajak orang-orang untuk memeluk Islam secara bertahap, dimulai dengan keyakinan yang paling penting dan selanjutnya memperkenalkan praktik yang paling penting. Banyak orang merasa sulit untuk menerapkan segala sesuatu dalam Islam sekaligus, jadi konseling untuk mulai menerapkan Islam secara bertahap akan memudahkan mereka untuk masuk ke Islam sepenuhnya.
BACA JUGA: Amr bin Ash; Sahabat Rasul Penggagas Social Distancing
2 Mempermudah orang-orang dalam memeluk Islam
Abu Burda meriwayatkan, Rasulullah SAW mengirim Mu’adz ke Yaman dan dia berkata:
“Permudah segala sesuatunya dan jangan mempersulit. Berikan kabar gembira dan jangan mengusir orang. Bekerja sama satu sama lain dan jangan terpecah.” (HR Bukhari, 2873)
Nabi memerintahkan Mu’adz untuk bekerja sama dengan orang-orang dan tidak menjadi diktator atas mereka, karena terlalu keras terhadap mereka akan menyebabkan perpecahan. Alquran diturunkan secara bertahap selama dua puluh tiga tahun, jadi orang dan masyarakat harus diberi kewajiban Islam secara bertahap.
An-Nawawi mengomentari tradisi ini dengan mengatakan bahwa hadis ini adalah perintah untuk memberikan kabar gembira dari nikmat Allah, pahala yang besar, hadiah yang melimpah, dan rahmat yang luas. Dan dalam hal ini adalah larangan mengasingkan orang dengan menyebut rasa takut kepada Allah dan jenis peringatan saja tanpa menyertakan kabar gembira.
Dan dalam hal ini adalah mempertemukan hati orang-orang yang dekat dengan Islam dan menghindari kekerasan dengan mereka, demikian juga dengan siapa pun di antara anak-anak yang dekat atau pada usia dewasa dan yang telah bertobat dari dosa. Semuanya harus diperlakukan dengan baik dan secara bertahap didorong untuk melakukan tindakan ketaatan sedikit demi sedikit. Tanggung jawab urusan Islam harus dilakukan bertahap (Sarh Sahih Muslim, 1732).
3 Jangan membebani diri sendiri dan orang lain
Nabi memperingatkan kita bahwa membebani diri kita sendiri dan orang lain dalam agama secara berlebihan pada akhirnya akan menyebabkan kita gagal
Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah SAW berkata:
“Sesungguhnya, agama itu mudah, dan tidak ada yang membebani dirinya sendiri di dalam agama kecuali agama yang menguasainya. Maka jadilah moderat, carilah kedekatan dengan Allah, beri kabar gembira, dan dapatkan kekuatan untuk beribadah di pagi dan malam hari.” (HR Bukhari, 39)
BACA JUGA: Muadz bin Jabal, Berkali-kali Pingsan karena Rindu kepada Rasulullah
4 Tidak boleh menindas siapapun
Nabi memperingatkan Mu’adz untuk tidak berbuat salah atau menindas siapapun, meskipun mereka bukan Muslim, karena Allah selalu menanggapi permohonan yang tertindas.
Anas ibn Malik meriwayatkan, Rasulullah SAW berkata:
“Waspadalah terhadap doa orang-orang yang tertindas, sekalipun dia seorang kafir, karena tidak ada layar antara itu dan Allah.” (HR Ahmad, Musnad: 12140)
5 Zuhud
Nabi memperingatkan Mu’adz untuk tidak menggunakan posisi otoritasnya untuk hidup boros, melainkan dia harus mempraktikkan zuhud, menghabiskan kekayaannya untuk amal dan meninggalkan kesia-siaan kehidupan duniawi.
Mu’adz ibn Jabal meriwayatkan, Rasulullah SAW berkata saat mengirim dirinya ke Yaman.
إِيَّاكَ وَالتَّنَعُّمَ فَإِنَّ عِبَادَ اللَّهِ لَيْسُوا بِالْمُتَنَعِّمِينَ
“Waspadai kemewahan. Sesungguhnya hamba-hamba Allah tidak hidup mewah.” (HR Ahmad, Musnad: 21600) []
SUMBER: ABU AMINA ELIAS