KESALAHAN orang tua dalam mendidik anak yang paling fatal adalah tidak mengajarkan akidah kepada mereka. Semuanya harus dimulai dengan pijakan aqidah yang benar.
Alasan yang paling umum terjadi adalah karena mereka sendiri tidak paham Islam dan akidah yang benar sehingga bagaimana mungkin bisa mengajarkan kepada anak.
Islam sudah mengajarkan bagaimana peran orang tua dalam mengajarkan akidah.
Salah satu pendidikan akidah terdapat dalam Al-Qur’an yakni ketika Lukman pernah mengajarkan anaknya tentang tauhid dengan tidak menyekutukan Allah dan berbuat syirik.
Alasan lainnya adalah bahwa orang tua menganggap bahwa usia di bawah 7 tahun anak belum mampu berpikir abstrak sehingga merasa tidak perlu diajarkan akidah. Padahal hal ini adalah ajaran yang berasal dari Barat.
Orang tua sering mengira menyayangi anaknya yakni dengan mengikuti segala keinginan mereka atau membebaskan tanpa aturan. Sehingga anak cenderung berbuat mengikuti hawa nafsu dan tidak menghiraukan aturan.
Sehingga rusaknya anak-anak ternyata diawali karena kesalahan orang tuanya sendiri.
Ada beberapa pijakan yang perlu diperhatikan orang tua dalam mengajarkan akidah kepada anak-anak.
Pijakan tersebut diantaranya,
1. Pijakan Aqidah pertama
Harus dipahami bahwa anak itu lahir dalam keadaan fitrah (iman, Islam, tauhid, tabiat dan lain sebagainya). Artinya lahir dalam keadaan suci atau baik.
Oleh karenanya tugas orang tua adalah menjaga dan menumbuhkan pemikirannya.
BACA JUGA: 5 Hal Sepele yang Tak Boleh Orangtua Lakukan pada Anak
Jika tergerus fitrahnya maka ia menjadi buruk.
Ada konsep dari barat bahwa anak adalah miniatur orang tuanya. Namun konsep ini tidak mutlak benar. Dan dikoreksi oleh Jhon Locke yaitu terkenal dengan konsep tabula rasa (kertas kosong). Ia mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas kosong. Namun konsep ini pun tidak mutlak benar.
Kemudian ada lagi konsep dari Williem strern yang mengatakan bahwa anak itu lahir disertai pembawaan baik atau buruk. Dan hingga sekarang banyak teori-teori psikologi barat dalam mendidik anak. Semuanya pun sifatnya tidak mutlak benar.
Sebagai seorang muslim, tentunya kita mengambil konsep yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Yakni semua anak lahir dalam keadaan fitrah/ suci.
Sebagaimana beliau shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan Muslim).
2. Pijakan Aqidah kedua
Memahami bahwa anak adalah amanah. Sehingga anak menjadi tanggung jawab untuk dipersiapkan menjadi hamba Allah.
Karena kita sebagai manusia lemah dan terbatas maka kita butuh partner atau kerjasama dengan pihak lain dalam mendidik anak, misalnya sekolah yang sesuai dengan visi dan misi kita dalam mendidik anak sebagai investasi dunia akhirat.
3. Pijakan Aqidah ketiga
Mengajarkan anak tauhid. Tauhid adalah hak Allah yang harus dipenuhi oleh setiap hamba termasuk hak anak yang harus diajarkan oleh orang tuanya.
4. Pijakan Aqidah keempat
Tauhid adalah pondasi dalam membentuk kepribadian. Sulit untuk taat, mudah mengalami stress, bahkan mengalami depresi merupakan salah satu akibat dari rapuhnya pondasi akidah seseorang.
Bahkan dengan banyaknya hafalan Al-Qur’an tapi akidah belum kuat akan membuat anak mudah futur dan labil. Dan akhlak mulia itu adalah buah akidah yang kuat.
5. Pijakan Aqidah kelima
Tauhid membangun koneksi dengan Allah.
Siapa saja yang memperbaiki koneksinya dengan Allah maka Allah akan memperbaiki koneksinya dengan makhluk lainnya.
Saat anak nakal maka periksalah koneksi kita dengan Allah. Cek dan kroscek koneksi dengan orang tua, dan juga suami. Bila bermasalah maka segeralah untuk memperbaikinya. Karena terkadang kehancuran anak lahir dari kehancuran orang tua. Anak yang sholih kebanyakan lahir dari orang tua yang sholih.
6. Pijakan Aqidah keenam
Tauhid pendidikan hati.
Hati adalah sentral anggota tubuh lainnya. Apabila hati baik maka baik pula seluruh anggota tubuhnya.
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
BACA JUGA: 15 Adab Anak pada Kedua Orangtua
Oleh karenanya Islam mengajarkan bagaimana cara menjaga amalan hati. Bahkan dikatakan bahwa keutamaan amalan hati itu lebih tinggi daripada keutamaan amalan anggota badan. Sholat, puasa, bersedekah, haji dan amalan lainnya belum bisa dikatakan benar bila tidak diiringi dengan tauhid, keikhlasan, sabar, dan amalan hati lainnya.
7. Pijakan Aqidah ketujuh
Tauhid kunci segala kebaikan. Kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena iman adalah nikmat terbesar yang lebih baik daripada dunia beserta isinya.
Demikianlah 7 pijakan dan pegangan bagi orang tua dalam mendidik akidah anak-anak. Semoga bermanfaat. Wallahul muwaffiq []
Disarikan dari Kajian Parenting Imam Nawawi School Ciomas Bogor oleh Ustadz Abu Salma
BERSAMBUNG