Oleh: Fatimah Azzahra
Penulis tinggal di Bandung
“Dilan, kamu kemana? Aku rindu..”
“Jangan rindu, berat. Kamu gak akan kuat, biar aku saja.”
Eeaa… Pada baper nih sobat remaja yang sedang Dilan-da galau suasana merah jambu. Apalagi kalau galaunya dibacksoundnin sama lagu ‘rindu sendirinya’ aa Dilan. Jadi pengen kayak Milea, sang tokoh utama perempuan, yang diperhatiin, direbutin sama cowok-cowok (ehm), ditelponin, dikirimin surat cinta. Berbunga-bunga rasanya. Hayo, siapa yang pada mesem-mesem sendiri ngebayanginnya. Apalagi sekarang momennya lagi pas banget, momennya V-day yang katanya hari kasih sayang, hari cinta sedunia. Momen cari dan dapet Dilan/Dilanah versi lain. Oops, Milea maksudnya. Hehe.
It’s Ok, It’s Love
Wajar dan fitrah kalau kita punya ketertarikan sama lawan jenis. Itu udah settingan normalnya dari Sang Pencipta. Alhamdulillah kalau kita masih tertarik dengan lawan jenis, tandanya kita masih normal, di tengah ramenya isu penyuka sesama jenis. It’s ok, it’s love.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (TQS. Ar Rum:21)
Firman Allah yang diabadikan dalam surat Ar Rum ayat 21 di atas jadi dalil kalau love atau cinta atau naluri kasih sayang adalah anugerah dari Allah untuk manusia. Anugerah ini salah satu bukti cinta Allah sama kita dan juga tanda kekuasaan Allah.
Naluri kasih sayang atau love yang udah Allah anugerahkan ke manusia, butuh pemenuhan. Kalau ga dipenuhi bisa menimbulkan rasa resah gelisah, gundah gulana, galau kemana-mana. Cung yang lagi begini..he..
Tuh kan, harus dipenuhi. Jadi, gapapa dong kalau pacaran, gapapa dong kalau TTM (teman tapi mesrah)? Weits, semangat bener. Iya emang butuh pemenuhan dan bakal menimbulkan efek samping kalau ga dipenuhi. Tapi eh tapi, bukan berarti itu tanda kalau boleh tuk pacaran, TTM-an.
Sobatku sayang, cinta yang Allah kasih itu bisa jadi potensi taat juga potensi maksiat. Makna cinta itu luas, bukan cuma pemenuhan nafsu syahwat doang. Agama kita, Islam, agama yang penuh cinta, penuh kasih sayang. Islam mengajarkan cinta suami kepada istrinya, istri kepada suaminya, orangtua kepada anaknya, anak kepada orangtuanya, kepada sesama saudara, sesama manusia.
Love Show Me the Way
Kalau cinta itu ok, normal, kok malah jadi dosa sih kalau mau disalurkan? Bentar sob, Allah yang menciptakan kita emang ngasih kita naluri kasih sayang aka cinta, yang salah satu ekspresinya itu tertarik sama lawan jenis. Tapi, ga dibiarin begitu aja itu cinta tuk diekspresikan sembarangan. Allah yang sayang banget sama kita semua sebagai makhluk, Allah yang pengen kita kembali ke surga, ngasih aturan sama cinta ini. Coba kita pikirin deh sob, lalu lintas aja butuh aturan biar aman sentosa, bebas kecelakaan. Apalagi kisah kasih kita, manusia, yang lebih rumit dibanding kemacetan lalu lintas Jekardah (eaa), pasti butuh bangeud sama aturan.
“Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan pada koridor yang semestinya. Islam mengatur bagaimana menunaikan cinta kepada orangtua, cinta kepada saudara seiman, kepada sesama manusia, juga tentu cinta kepada lawan jenis.” (UPA, Felix Y.Siauw)
Cinta aka naluri kasih sayang ini, Allah bingkai dengan indah dan mulia. Biar ga gampang dikotori sama hawa nafsu dengan balutan pacaran, teman tapi mesra, kakak adik ketemu gede, atau temen deket. Bingkai foto? Ya bukanlah. Cinta ini Allah bingkai dengan ikatan mitsaqon ghalizan. Apaan tu? Ikatan yang amat kuat, kokoh, yaitu per-ni-kah-an. What? Ya belum siap dong kalau nikah mah. Kenapa harus pernikahan? Karena tujuan awalnya Allah kasih naluri kasih sayang itu untuk meneruskan keturunan manusia.
Islam mengatur cinta dengan sederhana, kalau cinta beneran, maka datangi walinya dan menikahlah. Kalau belum siap, ya persiapkan dengan sebaik-baiknya dalam diam. Islam ga kenal sama hubungan sebelum pernikahan, yang katanya masa penjajakan, baik itu pacaran atau tunangan. Faktanya, justru masa penjajakan ini menimbulkan banyak perbuatan maksiat yang merusak.
“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. Al-Mudatstsir: 38)
So, walau banyak sedang Dilan-da galau suasana merah jambu di sana sini, jangan sampai kita melakukan aktivitas maksiat yang akan kita sesali di hari akhir nanti. Keep istiqomah jadi Jofisa (Jomblo Fii Sabilillah) hingga Allah meridhoi cinta kita dalam bingkai suci pernikahan. Wallahu’alam bish shawab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.