Oleh: Chusnatul Jannah, S.Pd
Guru al Qur’an kota Pasuruan
SOBAT. Kita semua tahu Al Qur’an adalah kitab suci bagi umat islam. Al Qur’an adalah firman Allah Swt. Al Qur’an adalah kitab yang tidak ada keraguan sedikitpun didalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Begitulah yang disebutkan didalam surat Al Baqarah ayat 2.
Bahkan Rasulullah saw mengatakan dalam sabdanya: “Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al Qur’an dan mengajarkannya.” Dari sinilah kita tentu dulu terdorong untuk belajar Al Qur’an sejak dini. Dari mulai usia 3 tahun orang tua kita mengajak kita ngaji Al Qur’an di TPQ atau madrasah diniyyah dengan tujuan agar bahasa yang pertama kali kita kenal dan kita pelajari adalah al Qur’an.
Yups, sobat masih ingat kan sewaktu kecil kita getol banget belajar al Qur’an. Bahkan, keceriaan belajar baca al Qur’an di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ), madrasah atau lembaga yang sejenisnya tak kan hilang dari ingatan kita. Masih kuat dalam ingatan, ketika kita mendapatkan ijazah kelulusan dari lemabaga al Qur’an tempat kita belajar ada rasa kepuasan tersendiri tatkala kita mendapat predikat sebagai santri yang berprestasi.
Namun, keceriaan dan semangat belajar al Qur’an semakin surut ketika kita beranjak dewasa. Pelan tapi pasti kita mulai meninggalkan al Qur’an, membacanya jarang apalagi mengamalkan isinya. Kita membiarkan al Qur’an kita berdebu dan seperti buku usang saking jarangnya dibaca.
Padahal pahala membaca al Qur’an luar biasa loh sobat. Sesuai sabda Nabi saw: “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dai akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa “alif lam mim” adalah satu huruf. Akan tetapi Alif adalah satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim juga satu huruf.”(HR. At Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud).
Ketika kecil kita rajin baca al Qur’an, ketika dewasa kita jadi ilfeel baca al Qur’an. Ada apa dengan kita? Tak ada akibat jika tak ada sebab. Sama halnya yang terjadi pada kita, mengapa ketika kita dewasa kita jadi ogah-ogahan baca Qur’an? Ada beberapa sebab yang mungkin menjadi alasan kenapa kita semakin menjauh dari al Qur’an.
Pertama, keimanan kita yang semakin terkikis oleh kesenangan dunia
Bisa jadi kita lebih mencintai kehidupan dunia dibandingkan berburu pahala meraih akhirat. Jadi, kita seolah tak tertarik dengan iming-iming pahala dan surga.
Kedua, salah memilih teman
Teman memang besar pengaruhnya dalam mewarnai pergaulan kita. Salah pilih teman bisa berakibat fatal bahkan mengancam masa depan. Benarkah? Kita simak hadits Rasulullah saw berikut ini ya sob, biar kita yakin bahwa temanmu adalah surga dan nerakamu:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).”
Nabi kita udah kasih clue nya ya, jadi jangan salah comot milih teman, lihatlah kebiasaannya, amati perilakunya, dan cermati tutur katanya.
Ketiga, Sistem kehidupan yang sekuler
Yups, paham sekulerisme yang artinya memisahkan aturan agama dari aturan kehidupan inilah yang menjadi pangkal dari segala kerusakan cabangnya. Dari paham sekuler inilah kita seakan gak butuh Allah untuk ngatur kehidupan. Dengan paham sekuler ini, al Qur’an hanyalah kitab suci yang dijadikan pajangan tanpa diamalkan isinya. Dan dari paham sekuler inilah yang membuat kita semakin jauh dari nilai-nilai al Qur’an. Padahal al Qur’an adalah pedoman hidup. Handphone aja ada petunjuk pemakaiannya, masa’ manusia yang merupakah makhluk termulia karena punya akal gak ada petunjuk aturan kehidupannya? Nggak mungkin kan? Nah, petunjuk inilah yang disebut dengan al Qur’an.
Sobat, Rasulullah saw sudah mewariskan dua hal kepada kita yang apabila kita berpegang teguh kepada keduanya kita tidak akan tersesat, yaitu al Qur’an dan As Sunnah. Jika membaca satu huruf saja sudah mengandung satu kebaikan, coba bayangkan jika kita baca qur’an dalam beberapa ayat, berapa puluh kebaikan pahala yang kita dapat dari membacanya saja? Padahal membacanya itu sunnah muakkad, sedangkan mengamalkannya adalah wajib buat kita. Inilah yang sebagian besar banyak dilalaikan dari al Qur’an, yaitu mengamalkannya.
Kalo sekedar membaca, pasti sebagian besar umat islam di Indonesia sudah pandai membacanya. Kalo menghafal al Qur’an mungkin masih sebagian kecil saja ya yang bisa menghafal al Qur’an. Namun, berapa persen dari kita yang sudah mengamalkan isi dari al Qur’an? Al Qur’an mnengatur kita mulai bangun tidur hingga bangun negara lho sobat. Al Qur’an memiliki seperangkat aturan yang mengatur kita dengan Pencipta kita yaitu Allah Swt dari ibadah hingga muamalah. Misal, al Qur’an melarang aktifitas pacaran, melarang membuka aurat, memerintahkan sholat, puasa dan sebagainya.
Sayangnya, umat islam kebanyakan terlena dengan kehdiupan dunia yang sekuler sehingga lupa dengan amaliyah akhiratnya. Sebagai contoh, kita sering melihat seorang muslim, tapi dia tak sholat, tak puasa, pacaran, berzina, buka aurat, dan sebagainya. Karena itulah sebagai seorang muslim, kita wajib mengamalkan isi al Qur’an tidak hanya sekedar menghafal atau membacanya. Karena Allah akan menaungi kita, yaitu pemuda yang senantiasa mengikatkan dirinya untuk taat kepada Allah sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut:
“«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”
Hadits yang agung ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi seorang pemuda yang memiliki sifat yang disebutkan dalam hadits ini. Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ»
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”
Shabwah yang dimaksud adalah pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan. Betapa hebatnya kita jika kita mau meresapi hadits ini dan mau mengamalkan al Qur’an tentu kita akan menjadi remaja yang dicintai Allah dan RasulNya. Remaja yang dekat dengan al Qur’an dan mengamalkan isinya. Subhanallah. Yuk menjadi Remaja Qur’ani, kelak dengan amalan al Qur’an ini kita mampu menyamai generasi salaf yang mampu membangun peradaban islam yang agung melalui tangan-tangan kita sebagai pemuda. []