“Itulah shalat orang munafik. Itulah shalat orang munafik. Itulah shalat orang munafik. (Yaitu) dia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian dia berdiri (untuk shalat ashar), lalu mempercepat (tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun) empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” (HR. Imam Muslim)
INILAH salahsatu karakter orang munafik. Mereka mempercepat shalat tanpa adanya kekhusyukan dalam shalatnya. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah di dalamnya. Pikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan, kehebatan dan kebesaran Allah dalam shalatnya.
Imam Ibnul Qayim dalam kitab Al-Madaarij mengatakan, “Seseorang shalat di samping saudaranya sesama muslim dalam satu shaf di belakang seorang imam. Akan tetapi, perbedaan antara shalat keduanya (kedua makmum itu) seperti langit dan bumi.” Karena, yang seorang memiliki rasa ikhlas, cinta, rindu, merasa diawasi, dan takut akan siksaan Allah. Sedangkan yang seorang lagi, hatinya beku, mati, kabur dan jauh dari Allah. Naudzubillah.
Oleh karena itu hendaklah kita selalu memerhatikan kekhusyu’an dalam shalat. Karena orang yang khusyu’ dalam shalatnya adalah mereka yang beruntung. Dan khusyu’ dalam shalat merupakan salahsatu karakter dari orang-orang yang kelak mewarisi surga firdaus.
Allah telah berfiman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.” (QS. Al-Mu’minun: 1-2). []
Sumber: 30 Tanda-tanda Orang Munafik/Karya: ‘Aaidl Abdullah Al-Qarni/Penerbit: Daar Asybiliyaa-Riyadh