JAKARTA—Dalam beberapa hari, setidaknya dua kasus intimidasi dan kekerasan dialami tokoh agama. Minggu pagi (10/2/2018), seorang lelaki menyerang beberapa jemaat dan seorang pendeta di Gereja Santa Lidwina Sleman Yogyakarta.
Sabtu (9/2/2018), sebuah video penolakan seorang biksu di Legok Tangerang, Banten, menyebar massal di media sosial. Biksu itu bernama Mulyanto Nurhalim.
Oleh sebagian warga Nurhalim dituduh menyalahgunakan tempat tinggal dengan menggelar bakti sosial. Kemudian, akhir Januari, KH Umar Basri, Pengasuh Pesantren Al Hidayah, Cicalengka, Jawa Barat, mengalami penganiayaan dari seorang lelaki paruh baya.
Menyikapi sejumlah peristiwa ini, Direktur Wahid Foundation (WF) Yenny Zannuba Wahid menyatakan, mengutuk setiap tindakan kekerasan dan intimidasi kepada siapapun dan atas dasar apapun.
Menurutnya, kekerasan semacam ini harus dinyatakan bukanlah kondisi yang mewakili wajah masyarakat umum Indonesia.
“WF juga berusaha mendorong Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan kajian sekaligus penerapan langkah sistem deteksi dini (early warning system) agar kasus-kasus serupa berkurang dan dapat dilakukan langkah-langkah antisipasitif,” katanya kepada Islampos.com di Jakarta, Senin (12/2/2018).
Yenny menjelaskan, langkah ini dapat dilakuan melaui deteksi dini kasus-kasus intoleransi, termasuk ujaran kebencian, yang kemungkinan bakal meningkat jelang dan selama masa-masa pemilihan kepala daerah serentak di Indonesia. []
REPORTER: RHIO