PALESTINA—Di sekitar Al-Daraj, wilayah tertua di Gaza, Komite Zakat Al-Hayat mulai bekerja sejak awal 2018. Komite ini mendirikan sebuah program untuk membantu rakyat miskin di tengah penderitaan dan kesengsaraan akibat blokade Israel.
Pada hari pertama, program yang diberi nama “Takiya Gaza ” yang dilakukan sebuah organisasi nirlaba, komite zakat Al-Hayat menyediakan lebih dari 200 bingkisan makanan.
Ketua Panitia Zakat Al-Hayat, Abdul Qader Abu Nur mengatakan, tujuan dari program ini adalah untuk membantu meringankan kesulitan yang dialami masyarakat Gaza dan sekitarnya yang sedang berada dibawah pengepungan.
Dalam wawancaranya dengan Palinfo, Sabtu (17/2/2018), Abu al-Nur mengatakan bahwa gerakan jemaah haji Bahrain dan Uni Emirat Arab telah berupaya keras mendirikan sebuah dapur sosial guna membantu orang-orang yang sedang membutuhkan.
Adapun kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program ini adalah, mereka yang tergolong keluarga termiskin di lingkungan Daraj yang terdaftar sesuai dengan database Komite Zakat. Abu Nur meminta setiap orang yang tidak punya makanan di rumahnya untuk segera datang ke Takiya Gaza.
Al-Takiya sebenarnya merupakan bangunan keagamaan yang berasal dari era Ottoman yang biasa memberi makanan bagi orang miskin, orang yang lewat dan para ahli ibadah.
Mereka memperkirakan, penerima warga yang membutuhkan akan semakin banyak, dalam beberapa hari mendatang bersamaan dengan tekanan finansial yang dialami oleh Jalur Gaza selama ini.
Abu Nur mengucapkan terima kasih kepada para dermawan dari proyek tersebut juga para relawan yang berupaya menjalankan proyek para donatur Bahrain.
Menurut sebuah pernyataan oleh Asosiasi Amal, tingkat kemiskinan di Jalur Gaza mencapai 80%, di mana 65% berada di bawah garis kemiskinan yang parah. Tiga perempat dari penduduk membutuhkan bantuan darurat yang tidak lagi tersedia, karena blokade yang diberlakukan di Jalur Gaza selama 11 tahun.
Tingkat pengangguran mencapai 50%, setengah dari mereka adalah pemuda dan lulusan universitas. Persentase anak-anak yang menderita anemia dan kekurangan gizi mencapai 40%, sementara 17.000 anak yatim tidak memiliki jaminan karena akun asosiasi dan transfer bantuan finansial mereka diblokir. []
SUMBER: PIC