Oleh: Muntarsih Asih, moentarsih@gmail.com
SUATUÂ hari seorang pengendara mobil melaju dengan kecepatan tinggi menerjang lampu merah dengan alasan cukup spesifik, terburu-buru. Faktor kedua karena pergantian lampu kuning ke merah baru berkedip beberapa detik. Akibatnya sangat fatal, sebab bersamaan dengan itu pula kendaraan dari arah kanan telah mulai berjalan. Malahan beberapa diantaranya menyetir kendaraanya dengan kencang pula.
Kecelakaan besarpun tak dapat dihindarkan. Dua pengendara motor tewas dan dua lainnya luka berat. Si pengendara mobil yang dengan penuh kesadaran menerjang lampu merah dianggap sebagai pihak yang harus bertanggung jawab penuh atas peristiwa tersebut. Dia harus menanggung kerugian materi yang tidak kecil.
Mobilnya rusak parah, harus mengganti empat motor yang hancur, membiayai korban yang luka parah sampai pulih, dan menyantuni dua korban yang meninggal. Di samping itu dia juga dikenakan denda oleh pihak yang berwajib serta harus berurusan dengan sel tahanan.
Peristiwa naas itu mungkin tidak akan terjadi andai si pengendara mobil mau menahan sedikit sifat tergesa-gesanya. Mau bersikap lebih tenang, bersabar untuk beberapa menit meskipun sedang di tunggu klien, di tunggu bos besar dan lain sebagainya. Apapun alasannya sifat tergesa-gesa itu sangatlah merugikan. Tergesa-gesa merupakan sifatnya setan dan Allah Swt tidak menyukainya.
Sesuatu yang dikerjakan dengan tergesa-gesa hasil akhirnya pasti tidaklah baik. Berujung pada penyesalan bahkan kebinasaan.
Misalnya juga saat orang tergesa-gesa dalam makan, maka apa yang terjadi? orang tersebut bisa tersedak,tersedak yang parah dapat mengakibatkan dada sesak dan tentu saja ini amat berbahaya. Orang akan bisa kehilangan nyawa karenanya.
Murid yang tergesa-gesa dalam belajar maka sudah dipastikan bahwa ilmu yang didapat dari langkah yang terburu-buru itu maka bukan kepiawaian atau bertambahnya ilmu seseorang, melainkan bagaikan memancing di kolam yang tidak pernah ada ikannya. Sebuah usaha yang sia-sia.
Begitu pula jika manusia yang ingin kaya dengan skala cepat tanpa mau menunggu bekerja keras lebih dulu, baru mendapatkan hasil lantas dikumpulin atau ditabung melainkan mengambil jalan alternatif yang super instan. Berkolaborasi dengan setan yang penting harta cepat didapatkan. Meskipun iman harus digadaikan, Allah Swt dibuat seolah-olah tidak kelihatan. Harta yang diusahakan dengan jalan pintas dan haram tentu saja akan sangat jauh dari keberkahan. Maka berapapun banyaknya harta, permasalahanpun akan selalu menguntit di belakangnya.
Akan masih banyak lagi keburukan-keburukan yang timbul akibat dari sifat manusia yang suka tergesa-gesa. Misalnya lagi kejadian seseorang yang memutuskan menyegerakan menikah dengan seseorang yang tidak begitu dicintai karena sakit hati. Sebab, kekasihnya menikah lebih dulu dengan orang lain. Maka niat dari awal karena dorongan sakit hati serta proses yang ingin secepatnya tanpa melalui pemikiran yang matang akan sangat mempengaruhi perjalanan rumah tangganya kelak. Ujung-ujungnya akan berakhir dengan penyesalan.
Dalam mengerjakan sholat juga begitu. Bahwa setiap gerakan-gerakan dalam sholat selain bentuk ibadah kepada Allah, juga merupakan terapi yang sangat menyehatkan bagi tubuh. Tapi itu jika kita betul-betul melakukan gerakan sholat dengan benar seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw. Takbiratul ikhram dengan sempurna, ruku’ dengan posisi sempurna disertai tuma’ninah, sujud dengan sempurna dan seteusnya. Tapi jika sholat dikerjakan dengan tergesa-gesa maka semua kelebihan dalam gerakan sholatpun tidak akan kita dapatkan. Allah Swt juga tidak menerima sholat hamba-Nya yang dikerjakan dengan cara tergesa-gesa. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word