Oleh: Arya Jagad Pamungkas
aryajagadp@gmail.com
MOHAMMAD dan Ammar, bayi kembar ini lahir d ibawah dentuman bom yang dijatuhkan dari udara. Ayah mereka, Nabil Ashkar tampak dengan teliti membaca catatan kelahiran kedua putranya yang terlahir prematur yang mengharuskannya dimasukkan ke dalam inkubator. Kondisinya pun semakin melemah karena harus bergantian dengan bayi lain tersebab minimmnya fasilitas yang ada.
Di sudut ruang yang berbeda, pasien yang hampir kehabisan darah dan nafas dilarikan menuju ruang emergency. Beberapa pasien lain tak tertolong karena sudah tidak ada lagi tempat untuk melakukan perawatan. Mereka yang tak tertolong menutup mata, dan membukanya lagi di surga.
Sekelumit suasana rumah sakit di sudut kota Ghouta barusan adalah sedikit dari banyaknya rumah sakit dengan keadaan serupa, jumlah korban yang terus berdatangan, tak diimbangi dengan persediaan obat dan makanan. Membuat penduduk Ghouta seperti mengantri untuk mati.
Bom-bom hydrogen dijatuhi dari udara bak pesta kembang api di malam tahun baru. Tangis si kembar Mohammad dan Ammar tertutupi oleh ledakan yang memekakkan telinga, diselingi suara jerit ketakutan penduduk setempat mencari perlindungan, Ghouta pekan ini telah berubah menjadi neraka bagi orang-orang lemah.
Di sudut kota Ghouta, sepasang suami istri bernama Sammi dan Maya menyaksikan kedua anaknya yang melemah karena kelaparan. “rumah tempat biasa kami berkumpul sudah hancur, penduduk disini semua kelaparan, ditambah datangnya musim salju. Allah Maha Tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya kepadaNyalah kami meminta perlindungan”ujar Sammi dengan air mata berlinang.
Pekan ini, rezim Suriah, Bashar al-Asad melancarkan serangan ke Ghouta dengan dalih ingin melumpuhkan kekuatan oposisi. Sebanyak 300 orang tewas, ini adalah serangan terbesar sejak konflik selama lima tahun terakhir. Rezim Suriah abai terhadap seruan dunia agar tidak melakukan penyerangan di Ghouta yang mayoritas adalah anak-anak.
Maka pekan ini, keimanan kita kembali diuji, sebagaimana sabda Nabi. bahwa apa yang mereka rasakan, juga menjadi bagian dari perasaan kita. seolah-olah Allah sedang mengingatkan kita satu hal, bahwa ibarat tubuh, ada bagian yang tergores, sekurug bagian merasakan demam tak terhingga.
Ghouta, yang rumah-rumahnya sunyi dari kehidupan, yang pintu-pintunya terbuka menggambarkan duka, yang bau anyir dan tumpahan darah disaksikan setiap detik, mari selipkan nama mereka di setiap shalat kita, di setiap rapalan doa kita, agar doa-doa yang terpanjatkan ke langit turun kembali ke bumi Suriah untuk menghangatkan mereka.
Mereka memang jauh dari kita, tapi boleh jadi mereka lebih dekat dengan Allah, dan tulusnya rasa cinta kita ke mereka, membuat Allah ridha untuk mendekat kepada kita. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.