IBADAH haji dan umrah adalah ibadah untuk berdzikir kepada Allah, mengingat Allah serta mengagungkan-Nya.
Adanya kejadian menyanyikan lagu saat sa’i seperti yang beberapa waktu belakangan ini terjadi, memunculkan tanya, “Bolehkah berbicara atau menyuarakan sesuatu selain do’a saat sa’i?”
Nah, sebagai bagian dari umat Islam, ada baiknya kita mengambil pelajaran dari peristiwa ‘nyanyi saat sa’i yang viral di media sosial tersebut.
Ibadah haji merupakan bentuk ibadah, sehingga tidak bijak jika digunakan untuk melakukan hal-hal terkait tujuan dunia atau yang terkait dengan urusan duniawi seperti menyanyi, berpuisi, atau menyebutkan slogan-slogan tertentu untuk kepentingan pribadi.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebahagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau melakukan umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan thawaf (sa’i) antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah: 158)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya disyariatkan thawaf di Baitullah dan (Sa’i) antara shafa dan marwah, ibadah melempar jumrah adalah untuk berdzikir kepada Allah.”
An-Nawawi menjelaskan bolehnya berbicara ketika thawaf (demikian juga sa’i) dan tidak membatalkan, akan tetapi yang lebih utama adalah meninggalkannya. Beliau berkata, “Boleh berbicara ketika tawaf, tidak membatalkan dan tidaklah makruh hukumnya, akan tetapi lebih utama meninggalkannya.”
Syaikh Shalih Al-Fauzan juga menjelaskan bolehnya berbicara ketika tawaf, akan tetapi hendaknya disibukkan dengan doa dan dzikir. Beliau berkata, “Berbicara ketika tawaf boleh, akan tetapi lebih utama bagi seorang muslim menyibukkan diri dengan ibadah, dzikir dan doa, hendaklah tidak sibuk dengan berbicara.”
Mengapa diutamakan berzikir? Ini dimaksudkan untuk menjaga kekhusuan dalam ibadah.
Syaikh Al-‘Utsaimin berkata, “Yang layak bagi seorang muslim (ketika tawaf dan sa’i) adalah beribadah dengan tenang dan khusyu’ kepada Allah dan menghadirkan hati akan kebesaran Dzat yang ia sembah.”
Jadi, meskipun dibolehkan mengeluarkan perkataan lain (berbicara) saat sa’i, ulama lebih menekannkan agar ibadah tersebut dilakukan dengan khusyu, sehingga perkataan dan tingkah laku pun senantiasa harus terjaga. Sebab, yang paling utama dalam beribadah khususnya dalam rukun haji itu adalah zikir, bukan perkataan lain yang sifatnya mengarah pada kepentingan duniawi. []
SUMBER: MUSLIM