JAKARTA—Ulama dan Aktivis Pejuang Baitul Maqdis, sebagai wadah para pejuang pembebasan Palestina mengumumkan pernyataan sikapnya terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara Islam.
Berdasarkan rilis pres yang diterima Islampos, pernyataan sikap Ulama dan Aktivis Pejuang Baitul Maqdis tersebut didasarkan pada kondisi sosial dan politik dunia yang kian menyudutkan umat Islam.
Ulama dan Aktivis Pejuang Baitul Maqdis menyebut, Di Ghouta Timur, Suriah, serangan yang dilakukan oleh rezim Assad dan pendukungnya telah membunuh 674 warga sipil dalam dua pekan terakhir, menurut laporan White Helmets. Ironisnya, Ghouta Timur, yang didiami oleh 400.000 jiwa, telah dikepung selama lima tahun terakhir dan diputus dari akses kemanusiaan.
Di Palestina, pelecehan terhadap Baitul Maqdis kian meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu diperparah dengan keputusan Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. As bahkan berencan amemindahkan kedubesnya di tel Aviv ke Yerusalem Mei mendatang.
Oleh karena itu, Ulama dan Aktivis Pejuang Baitul Maqdis, mengumumkan dua poin berikut ini sebagai bentuk pernyataan sikapnya:
1. Menyerukan kepada umat Islam di Indonesia maupun luar negeri, serta pemimpin dunia untuk berjuang sekuat mungkin menghentikan kejahatan kemanusiaan di Suriah, khususnya di Ghouta. Meskipun, Dewan Keamanan PBB sudah menyepakati gencatan senjata di Suriah, serangan rezim Bashar Assad dan Rusia ternyata tetap tidak berhenti. Ini jelas pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
2. Menyerukan kepada umat Islam dan pemimpin dunia agar bersungguh-sungguh memperjuangkan penolakan terhadap pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada bulan Mei. Krisis kemanusiaan terus berlangsung di belahan dunia Islam. Serangan dan blokade masih setia menghinggapi jutaan orang. Dalam kondisi tak berdaya sekalipun, mereka tetap menjadi target dari arogansi para pemimpin zalim. []