SORE itu sehabis pulang kantor, saya mampir di sebuah kedai Soto Ayam Madura di Jl. Raya Halim, Cililitan, Jakarta Timur. “Saya memesan semangkok soto ayam dan duduk membaca koran menunggu macet yg belum juga terurai. Maklum nasib karyawan yang pulang kerja selalu terjebak macet. Saya suka sekali makan soto apalagi di musim hujan begini hehehe,” ujar saya.
Seorang ibu setengah tua dengan dua anaknya yang masih balita dengan penampilan sederhana tiba-tiba masuk ke kedai.
“Pak, berapa harga semangkok soto?” tanya si ibu.
“10 ribu, Bu,” jawab penjual soto sambil tersenyum.
“Kedua anak saya sungguh ingin makan soto, tapi uang saya hanya ada 7 ribu rupiah, maaf pak apa bisa dibuat 2 porsi walau hanya kuah dan sedikit sohun, gak jadi masalah,” tanya si ibu sedikit ragu-ragu.
“Oh, mari bu silakan duduk,” kata bapak penjual soto.
Lalu nggak sampai 5 menit, tiga mangkok soto berukuran besar sudah dihidangkan di depan, saya meneruskan cerita.
Ia kemudian melanjutkan percakapan penjual soto dan pembelinya tersebut.
“Tapi uang saya hanya 7 ribu, Pak?” tanya ibu sekali lagi dengan sedikit ragu, sang ibu masih punya harga diri untuk tidak meminta penuh.
“Oh, nggak apa apa bu, ibu bertiga makan saja dan simpan uang ibu,” Ibu itu tersenyum dan kemudian membungkukkan tubuhnya.
Saya tersenyum kagum, melihat kebaikan penjual soto. Saya pun kembali meneruskan makan saya.
Sekitar 15 menit, si ibu dan kedua anaknya pun beranjak pergi sambil mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada si bapak penjual soto.
Kemudian seorang pemuda, sepertinya keturunan Tionghoa yang dari tadi duduk cuek dipojokan yang sambil main smartphonenya tiba-tiba membayar kepada si penjual soto dengan uang Rp 100 ribu dan kemudian pergi begitu saja.
“Mas, ini kembaliannya,” ujar si penjual soto.
“Saya makan 1 mangkok dan 1 bungkus kerupuk sama teh manis ya, nah sisanya untuk bayar soto si ibu dan 2 anaknya tadi ya bang,” kata pemuda itu sambil menghidupkan sepeda motor maticnya dan kemudian beranjak pergi sambil menerobos hujan.
Saya pun merasa terpesona dengan pemandangannya yang dilihat saat itu.
Saya benar-benar terpesona, dengan kebaikan-kebaikan yang dihadirkan Tuhan di depan mata saya.
Si ibu miskin yang jujur serta tidak meminta-minta, si bapak penjual soto yang baik hati serta pemuda yang pemurah.
Dan saya sendiri ikut kecipratan kebahagiaan karena melihat kejadian itu.
Jika saja setiap orang tidak melulu menggunakan hukum dunia, untung dan rugi.
Tentu pintu-pintu kesempatan, keberkahan akan banyak dibuka oleh Tuhan YME.
Jika saja setiap orang lebih dahulu MEMBERI bukan meminta, dunia akan punya banyak WARNA yang INDAH. []
Sumber: fb Firman Perdana Putra