LONDON—Cambridge Analytica yang diduga terlibat dalam kebocoran data Facebook, juga diduga terlibat dengan skandal Brexit di inggris.
Seorang mantan konsultan Cambridge Analytica menyatakan manajemen perusahaan itu dengan sengaja memberi informasi salah pada publik Inggris tentang pekerjaan yang mereka lakukan untuk kelompok pendukung Brexit. hal ini dilakukan Cambridge Analytica sebelum masyarakat Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, 2016 lalu.
Dalam sebuah wawancara, Brittany Kaiser, Direktur Pengembangan Bisnis yang bekerja sejak 2014 hingga awal tahun ini, menyatakan bahwa Cambridge Analytica menerima pekerjaan analisis untuk kelompok pendukung Brexit, Leave.EU.
Kaiser, yang sempat menjadi juru bicara Cambridge Analytica sebelum dan setelah referendum Brexit 2016, menyatakan bahwa perusahan menyuruhnya untuk menampik isu keterlibatan mereka dalam proses Brexit.
“Saya meyakini bahwa pekerjaan sebenarnya sedang dilaksanakan,” kata Kaiser.
Dia juga menjelaskan adanya kemungkinan penggunaan data untuk kampanye.
“Tidak, kami memang tidak mengerjakan seluruh kampanyenya dan bahkan mungkin hasil kerja kami juga tidak digunakan. Namun, ketika saya berbicara pada media, pengolahan data dan analisis sedang berlangsung,” ujarnya.
Bulan lalu, Pemimpin Eksekutif Cambridge Analytica Alexander Nix di hadapan parlemen Inggris membantah keterlibatannya dalam skandal Brexit. Ia menyatakan perusahaannya tidak bekerja untuk Leave.EU, tapi hanya membicarakan peluang kerja sama.
“Saya ingin mengatakan dengan jelas. Saya tidak tahu berapa banyak cara saya harus mengungkapkannya. Kami tidak bekerja untuk Leave.EU. Kami tidak mengambil baik pekerjaan berbayar atau tidak berbayar dengan mereka, oke?” ujar Nix pada komite penyelidikan berita palsu di Inggris.
Pada Selasa (20/3), Cambridge Analytica memberhentikan Nix, atau tepat sebelum Channel 4 menyiarkan investigasi atas praktik bisnis mereka di Amerika Serikat.
Arron Banks, salah seorang penyumbang dana untuk Leave.EU, dalam catatan perjalanannya menyatakan bahwa organisasi tersebut mengontrak Cambridge Analytica pada 22 Oktober 2015 untuk kepentingan olah data dan psikografi lanjutan untuk mempengaruhi para pemilih.
Sementara itu, terkait kebocoran data Facebook, Jumat (23/3/2018) malam, hakim Pengadilan Tinggi memberikan izin bagi Komisioner Informasi Inggris untuk menggeledah kantor Cambridge Analytica. Dalam pernyataan resminya, Badan pengawas informasi itu menegaskan akan segera menggelar penggeledahan untuk mendapat konfirmasi bahwa Cambridge Analytica menghapus data 50 juta pengguna Facebook. []
SUMBER: GUARDIAN | CNN