Oleh: Abu Muhammad Faton
muhammadptn2014@gmail.com
“DUA ratus tiga puluh satu tahun” sejak dari kejatuhan bangsa Patani menjadi bagian dari negara Thailand. Dimana nasib rakyat bangsa Patani yang terus berlangsung lama hingga sekarang ini.
Untuk keselamatan dan perlindungan bagi penduduk masyarakat di Patani tidak siapa atau kelompok-kelompok mana bahkan organisasi dunia Internasional (PBB) sendiri pun kurang dalam memberi perhatian untuk menjaga keamanan dan kedamaian dunia.
Semakin hari telah berlama malah bertambah tidak menenangkan bagi mereka yang hidup di perantauan ini. Telah timbul banyak dari kalangan penduduk masyarakat merasa ditekan dan punya rasa takut-takutan kerendahan yang menghina dan serbuan peluru semacam hujan seakan-akan tidak mengenal arah dan tuju mengandung arti penderitaan, pelanggaran HAM yang berat di Patani, selatan Thailand.
Selama ini banyak pembunuhan terjadinya di Patani yang tidak kenal perikemanusiaan, perlindungan hak anak kecil dan wanita (protection of the rigts of children and woman) juga tidak memberikan perhatian oleh masyarakat dunia maupun masyarakat antara bangsa.
Kini angka anak yatim dan janda kehilangan suami semakin meningkat jelas yang seharusnya mesti ada tindakan dari organisasi dunia internasional sebagaimana yang telah dipernyatakan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai prinsip Hak Asasi Manusia Internasional.
Jelas bangsa Patani juga merupakan bagian dari masyarakat dunia antara bangsa dan isu proses penyelesaian kerusuhan konflik harus segera berjalan untuk membangun kedamaian dunia. Sebagaimana telah dianjurkan tema aksi damai internasional oleh Persekutuan Mahasiswa Patani (Patani Students) dalam acara aksi damai di Indonesia, pada tanggal 21 September 2015 lalu, bahwa “Damai Patani Damailah Dunia”.
Kami berteriak mencari keadilan dan kedamian, tetapi tidak ada telinga yang mendengar,
Kami harus terkemuka kepada siapa lagi untuk melindungi rakyat kami.
Kami merintih dalam tangisan hingga kehabisan air mata,
Kami berjuang tetapi keutuhan disobek-sobek,
Kami terbuang dikampung halaman dan tanah leluhur kami sendiri,
Kami menjadi asing dari para pencuri dan perampok,
Inikah takdir kami, hanya kepada-Nya kami serahkan.
Namun itu, jika telah mengenal dan mengetahui “Sejarah Bangsa Patani”, jelas bangsa ini telah terwujud sebelumnya sebagai negara berdaulat dan merdeka (1457-1785 M) pemerintahan Kesultanan Raja Patani Darussalam.
Tetapi semenjak negeri ini ditaklukkan oleh Kerajaan Siam Thailand (1785 M), mulai itu rakyat dan generasi bangsa Patani tersingkir di tanah kelahirannya sendiri. Yang mana generasi pendahulu negeri ini pernah berjaya dan telah banyak melahirkan para ulama yang berperanan di Nusantara maupun Asia Tenggara bahkan terpopuler di Timur Tengah, Mekkah, sepertinya Syeikh Ahmad Al-Fathoni, Syeikh Daud Al-Fathoni dan banyak lagi ulama-ulama yang lain ternama dalam membangun peradaban Islam di dunia, mereka semua adalah berasal dari Patani, selatan Thailand.
Entah itu yang saat ini, nasib rakyat bangsa Patani berganti menderita justru telah berlama hingga sekarang ini terus berlangsung tercapai 231 tahun, bangsa Patani bagian dari pemerintah kolonial Thailand.
Dalam berusaha politik pemerintah ke atas bangsa Patani selama ini masih menggunakan dasar yang sama, yaitu sebagai imperialis dan kolonialis untuk menghapuskan bangsa Patani agar menjadinya satuan nasionalime Thai. Mentransmigrasi penduduk (Land Reform) terjadinya sehingga orang Patani dan Orang Thai bercampur dalam berkebudayaan yang sama justru lagi untuk menukarkan agama sebagai asas keyakinan diri orang Patani.
Namun bagi orang penduduk masyarakat bangsa Patani sendiri tidak dapat boleh menerima karena mereka orang Patani adalah masyarakat yang berbangsa Melayu beragama Islam serta yang memiliki identitas tersendiri yang turun temurun dari nenek moyang leluhur bangsanya.
Tegasnya bagi penulis “Kami mempunyai latar belakang dan memiliki sejarah yang tersendiri bahkan merupakan warisan untuk kehidupan generasi masa depan bangsa kami PATANI”, tidaklah “kalau mereka (pemerintah ingin untuk menukarkan kami menjadi orang Siam” karena kami justru mencintai bangsa kami PATANI.
Berhubungan dengan yang di bawah penguasa kolonial, saat ini anak bangsa Patani telah sadar dan bangkit. Walaupun dengan keadaan dan suasana telah jauh untuk memperbaiki dan kembali menjadi bangsa Patani yang sejatinya. Dalam keadaan konflik perang sekalipun, justru mereka tetap sabar dalam keadaan dan selalu berdaya upaya memiliki cita-cita “Wawasan Bangsa Patani” untuk masa depan yang cerah. Karena masa depan bangsa Patani adalah ada di setiap tangan dan kaki para-para generasi yang saat ini harus memiliki harapan tinggi untuk hidup dan kehidupan bangsa Patani kelak di dunia ini. []