PAGI yang ceria saya beserta keluarga pergi menuju ke undangan pernikahan rekan sejawat, ditengah perjalanan dalam kemacetan, tiba-tiba terdengar suara benturan dari belakang, lumayan kencang, sehingga mengagetkan seisi kendaran, ternyata kendaraan saya ditabrak dari belakang.
Saya mencoba untuk tidak panik, dan mengontrol emosi. Saya lihat ke belakang lewat kaca spion tengah, terlihat sopir yang nambarka tegang, mungkin merasa bersalah. Sambil pencet tombol darurat, saya pinggirkan kendaraan. Sebelum saya turun, saya tarik nafas, tetap tenang sambil berpikir apa yang harus saya lakukan.
Lalu saya keluar, tak sedikitpun menampakkan wajah kecewa atau marah. Datar saja, saya lihat bemper belakang, ternyata ada goresan sedikit dan pengaman bemper agak bergeser sedikit. Sopir yang nambrak menghampir dan minta maaf, “maaf pa tadi bercanda sama anak saya jadi nabrak bapak”. Saya jawab dengan senyum tidak apa-apa, cuma gores sedikit.
Nampak sumringah senyum lebar sopir yang nambrak, sambil mengucapkan trimakasih. Lalu kami bersalaman sangat erat sambil tentu dengan senyum tulus. kembali kami ke kendaran masing-masing dan pergi melanjutkan perjalanan.
Kenapa saya tidak marah dan memaafkan yang nabrak. Pertama, karena lecet sedikit, dan ia mengaku salah dengan meminta maaf. Minta gantipun percuma, lagian body mobil juga tidak mulus-mulus amat. Apakah karena merasa benar, walau lecet sedikit kita bisa puas-puasin marah-marahi orang, begitulah hawa nafsu di jalan raya.
Kedua, pernah mengalami kejadian yang sama ketika hujan macet di gerbang tol ditabrak dari belakang, saya keluar mencak-mencak sambil marah-marah, tapi ga dapat apa-apa, cuma cape perang mulut ga ada yang mau mengalah, malah basah-basahan jadi tontonan orang.
Ketiga, kenapa saya memafkan, karena saya juga pernah menabarak mobil orang dari belakang, malah lebih parah, saya panik, suasana hujan, saya meminta maaf karena lose control, ternyata ia memaafkan saya. Begitu bahagianya saya saat itu ketika dimaafkan. Mungkin alasan ketiga ini yang paling kuat kenapa saya tidak marah dan memaafkan yang nabrak. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word