Oleh: Fauzia Az-Zahra
“AKU mau baju koko itu, Bu!”
“Tunggu Ramadhan datang, ya, Nak ….”
Wajah Kholis seketika murung. Sang ibu tak pernah penuhi permintaannya membeli apa pun. Koko, sarung, manisan, bahkan es cendol di pinggir jalan tidak dibelikan. Jawaban ibu selalu sama, ‘tunggu Ramadhan, ya’.
Dari luar pasar, Kholis memandangi teman-teman seusianya menggenggam es krim, coklat, permen jumbo. Ada juga yang menangis menunjuk-nunjuk toko mainan. Demi mendiamkan si anak, sang ibu menggendongnya lantas masuk ke toko tersebut.
Berbeda dengan Kholis. Anak berusia lima tahun itu tidak harus menangis agar keinginannya tercapai. Yang dia tahu hanya sabar menunggu Ramadhan seperti apa kata sang ibu.
***
“‘Am Ramadhan! ‘Am Ramadhan …!”
Kholis tersentak mendengar seruan tersebut, ‘Ramadhan?’. Segera ia berlari ke arah sumber suara.
“Saya hampir lupa di mana memarkir mobil. Terima kasih panggilannya ….” Lelaki bertubuh besar terlihat menenteng banyak bawaan. Hendak menghampiri supir dan mobilnya.
“Apa paman yang bernama Ramadhan?” Tiba-tiba suara Kholis bertanya seraya menarik pelan gamis lelaki besar itu.
“Iya, saya Ramadhan. Ada apa, Nak?”
“Aku dan ibu menunggumu lama, Paman. Setiap kali aku minta dibelikan sesuatu, ibu selalu bilang tunggu Ramadhan datang. Apa paman di sini untuk mengunjungiku?” tanya Kholis lugu.
“Maa syaaAllah … di mana rumahmu, Nak?”
“Tepat di samping pasar, Paman.” Masih dengan bahagia yang tak mampu disembunyikan, senyum Kholis merekah.
“Kalau gitu ambil semua barang ini, Nak. Semoga kamu suka. Sampai jumpa lain waktu.” Sambil mengelus kepala Kholis, lelaki bergamis itu membalas senyumnya.
Berkali-kali Kholis mengucapkan terima kasih pada Paman Ramadhan. Ia terus melambai seiring mobil menjauh melepas tawa penumpangnya yang sempat tertahan.
***
“Ibu … ibuu …!”
“Ada apa, Nak, teriak-teriak? Maa syaaAllah, kamu dapat barang sebanyak itu dari mana, Nak?”
“Aku bertemu Paman Ramadhan di pasar, Bu. Aku cerita kita menunggunya lama. Lalu dia memberikan semua ini padaku. Paman Ramadhan baik, ya, Bu.”
Seketika sang ibu pingsan. []
Notes:
1. ‘Am : Paman (arab)
2. Mengasihi anak termasuk adab dalam Islam, Kakak. Apalagi di bulan Ramadhan ini. Banyak mereka yang mampu melupakan yang butuh. Perbanyak lagi sedekah kita, yuk!
Inspired by: Arabic Story
Salam dakwah,
Bintu Abi Zahra
***
Dept. Kajian & Training
@ldkalfatihlipia