EL ‘ARAFA atau Qarafa, yang dalam bahasa Inggris disebut City of the Dead (Kota Mati) adalah kompleks permakaman raksasa di Kairo, Mesir. Kota Mati Cairo Necropolis ini memiliki panjang poros utara-selatan mencapai sekitar 6,4 kilometer. Ia memiliki dua wajah, yaitu sebagai tempat peristirahatan terakhir, sekaligus permukiman penduduk.
Uniknya, kuburan yang memiliki arsitektur rumah di Kota Mati ini mempunyai ruang bawah tanah. Jika ada jenazah baru, maka pintu masuk bawah tanah tersebut dibuka. Jenazah kemudian dimasukkan ke ruang bawah tanah bersama jenazah yang sudah lama. Hanya pengurus pemakaman yang boleh masuk ke dalam. Setelah selesai pemakaman, pintu ditutup kembali dengan batu dan sedikit ditimbali tanah. Sekilas, kita tidak akan tahu dimana pintu penyimpanan jenazah berada.
Meski itu area kuburan, ternyata juga ada penghuninya. Kebanyakan penghuni Kota Mati tentu saja enggan menetap di sana. Namun kehidupan dan ekonomi yang sulit memaksa jutaan orang Mesir mendiami Kota Mati ini.
“Banyak alasan mengapa orang-orang bisa bertahan tinggal di antara makam,” kata Ahmed Fadh, seorang pengurus masjid. “Pertama karena alasan sentimental, ingin selalu berada di dekat orang yang meninggal, karena begitu dalam cintanya. Ada juga yang tinggal di dekat mausoleum keluarganya agar bisa merawat bangunan itu. Dan yang paling menyedihkan, ada yang tinggal di sini karena faktor ekonomi. Mereka-mereka ini tidak punya uang untuk mengontrak rumah tinggal,” tambah Fadh.
Warga memanfaatkan apa yang ada di dalam kuburan sebagai alat perabot rumah tangga. Di antara pagar batu nisan, mereka mebentangkan tali untuk mengeringkan pakaian. Sementara kebutuhan akan listrik mengambil dari listrik milik masjid terdekat.
Tapi, jika menatap kota mati dari dari jalan Salah Salem, Kota Mati nampak gagah dan megah. Ia seakan merekam abadi tentang sejarah Mesir yang melegenda dan berabad-abad usianya. []
SUMBER: SHOFWATUNA, KOMPAS