NIKAH atau belum nikah atau tidak nikah, Anda harus tetap menjadi orang baik. Harus tetap memiliki karakter yang positif, konstruktif dan kontributif.
Hal penting dan fundamental dalam menapaki kehidupan di muka bumi ini adalah pembentukan karakter. Menjadi apapun diri Anda kelak, bekal yang sangat fundamental adalah karakter. Baik buruknya karakter Anda, akan mempengaruhi kondisi karier, keluarga, persahabatan, dan kehidupan sosial Anda di masa yang akan datang. Maka persiapkan diri dengan pembentukan karakter pribadi yang baik.
BACA JUGA: Wali Nikah
Karakter pribadi seperti apakah yang harus dibentuk sejak dini pada diri Anda? Tentu berbagai karakter positif, konstruktif dan kontributif. Di antaranya adalah delapan karakter berikut.
1. Pribadi Salih dan Salihah
Sangat penting bagi Anda untuk membangun kesalihan pribadi. Orang salih atau salihah adalah orang baik. Salih (baik) dalam segala aspeknya. Salih dalam segala cakupan maknanya. Pondasi untuk membentuk pribadi salih/salihah adalah rasa takut kepada Allah SWT, karena meyakini Allah SWT selalu mengawasi semua tindakannya.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf: 16).
Orang-orang yang takut kepada Allah SWT akan menjaga diri dari kecenderungan hawa nafsu yang menyimpang. Mereka inilah pemilik pribadi salih.
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41)
Pribadi salih / salihah adalah mereka yang bertaqwa kepada Allah. Suatu ketika ada seorang laki-laki menghadap Hasan bin Ali, sembari bertanya, “Ya Hasan, puteriku akan dipinang, kepada siapakah aku harus menikahkannya?” Hasan bin Ali menjawab, “Nikahkan puterimu dengan orang yang bertakwa. Sebab bia ia mencintainya pasti akan menghormati dan memuliakannya, dan bila ia tidak mencintainya pasti tidak akan menzhalimi puterimu.”
Itulah karakter salih. Suami salih akan selalu menjaga, melindungi, menyayangi, dan mengasihi istri. Tak akan menyia-nyiakan atau mentelantarkan istri. Tak akan menyakiti dan melukai istri. Demikian pula istri salihah akan selalu menghormati suami, mentaati suami dalam hal yang tidak maksiat, selalu mengasihi, mnyayangi dan melayani suami sepenuh hati. Pun orangtua yang salih, akan selalu mendidik, mengarahkan, menyayangi dan mencintai anak sepenuh jiwa.
2. Pribadi Dewasa
Menikah dan hidup berumah tangga memerlukan kedewasaan dan kematangan kepribadian. Bukan hanya berumah tangga, bahkan dalam bekerja, berkarier, berorganisasi, maupun bermasyarakat, juga memerlukan karakter pribadi yang dewasa. Tahukah Anda, seperti apa pribadi dewasa itu? Menurut perspektif psikologi, seseorang yang memiliki pribadi dewasa, dalam dirinya terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
- Memiliki “sense of self” atau konsep diri yang kuat, seperti bisa mengambil keputusan untuk dirinya tanpa mengandalkan orang lain.
- Dapat menjalin hubungan sosial dengan orang lain secara sehat, dalam jangka waktu panjang.
- Memiliki kematangan emosional, mampu mengelola dan mengontrol emosi, sehingga kondisi mood-nya tidak bergantung kepada aksi atau reaksi orang lain.
- Bisa menerima dirinya secara seimbang, misalnya mengetahui dan menerima kelebihan dan kekurangan diri, sehingga bisa bertindak dengan tepat.
- Bisa menyusun argumen, pendapat, pandangan, dan persepsi yang logis dan masuk akal.
- Bisa berpikir jangka panjang dan membuat perencanaan kehidupan.
- Bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.
- Mampu mengelola konflik atau perbedaan dengan bijak.
Dari berbagai ciri-ciri dewasa menurut psikologi tersebut, apakah Anda sudah memiliki pribadi dewasa? Menjadi tugas Anda untuk mendewasakan pribadi. Sangat berbahaya, jika orang belum dewasa sudah menikah. Laki-laki dan perempuan yang tidak dewasa, jika mereka hidup berumah tangga, tidak akan bias bertahan lama. Mereka tidak bias mengendalikan emosi, tidak bias menyelesaikan masalah secara dewasa, tidak mampu menghadapi badai persoalan dalam kehidupan. Itulah sebabnya, menikah hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa.
3. Pribadi Pembelajar
Sangat penting bagi Anda untuk memiliki jiwa pembelajar, yang terus menerus giat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, namun juga ketrampilan. Kehidupan pernikahan adalah kondisi yang sangat dinamis, penuh dengan aneka warna keadaan. Kadang melewati suasana penuh keceriaan dan kebahagiaan, kadang harus melewati kesusahan dan kedukaan. Kita harus siap untuk terus belajar menghadapi semua kondisi kehidupan yang aneka rasa tersebut.
Sebanyak apapun Anda belajar dan mempersiapkan diri untuk membentuk rumah tangga, tetap saja ada bagian yang belum sempat Anda pelajari, saking banyaknya ilmu yang dibutuhkan. Karena kehidupan keluarga itu tidak flat, terus berubah dan berkembang dari waktu ke waktu.
4. Pribadi Mandiri
BACA JUGA: Ditinggal Istrinya, Pria Mudah Nikah Lagi?
Karakter yang juga sangat penting untuk Anda bentuk dalam diri adalah pribadi yang mandiri. Sebelum menikah, anak akan hidup dan bertanggung jawab kepada kedua orangtuanya. Namun setelah menikah, mereka lepas dari orangtua dan bertanggung jawab atas kehidupan keluarga yang dibangunnya bersama pasangan. Inilah maksud kemandirian, bahwa Anda sudah lepas dari orangtua. Anda kelak harus eksis sebagai sebuah keluarga setelah menikah, dan lepas dari ketergantungan terhadap orangtua. Tentu Anda tetap wajib berbakti kepada kedua orangtua juga mertua, namun Anda sudah hidup sebagai keluarga mandiri.
Pribadi yang tergantung kepada orangtua, pada dasarnya akan menjadi kendala dalam membangun kebahagiaan sebuah keluarga. Setiap ada masalah, selalu curhat ke orangtua. Setiap ada konflik dengan pasangan, selalu mengeluh ke orangtua. Seperti ini adalah contoh pribadi yang tidak mandiri, karena secara mental masih bergantung kepada orangtua. Pada sisi lain, orangua harus memberikan kemandirian kepada anak yang sudah menikah untuk hidup sebagai sebuah keluarga baru, yang trerpisah dari orangtua. Orangtua jangan melakukan intervensi yang menghilangkan kemandirian anak. []
SUMBER: PAKCAH