KELIMA, Umar membolehkan untuk kekuatan apabila memang diperlukan. Sewaktu Umar melewat ke negeri Syam, ia disambut Muawiyah dengan arak-arakan yang megah dan gagah. Kontan saja Umar menegurnya. Maka Muawiyah pun menjelaskan, “Daerah ini banyak mata-mata. Kami harus menunjukkan kemuliaan pemimpin kami, sehingga membuat mereka gentar.” Siasat ini diterima oleh Umar bahkan dianggapnya siasat yang cemerlang dan gemilang.
Keenam, Umar menjadikan kerja sebagai bentuk ibadah tertinggi. Ia pernah berpetuah, “Aku tetapkan kalian tiga berpergian: berhaji, berjuang di jalan Allah, dan berunta demi mencari sebagian karunia Allah.” Bahkan ia menganggap syahid seseorang yang meninggal dalam perjalanan terakhir. Untuk lebih jelasnya, pastikan simak riwayat berikut.
Sekali waktu, Umar menanyakan nafkah seseorang yang tekun beribadah di masjid. Orang itu menjelaskan, “Aku memiliki saudara yang mencari kayu. Lalu dia mendatangiku dan mencukupiku.”
Lantas ditanggapi Umar, “Berarti saudara engkau lebih beribadah daripada engkau.”
Di zaman Nabi hal serupa pernah terjadi. Saat sekelompok orang membiayai haji seseorang, maka Nabi menilai sekelompok orang itu lebih baik daripada orang dibiayai tersebut.
Lain waktu Umar bertanya kepada seseorang yang sudah lanjut usia, “Apa yang menghalagi engkau untuk menanami tanah engkau?”
Maka dijawablah, “Aku ini sudah tua renta. Mungki saja aku meninggal besok.”
Lantas apa tanggapan Umar? Langsung saja ia menyuruh orang itu untuk menanam, bahkan ia sempat menemani menanam.
Masih soal kerja, Umar pun sering menasihati, “Cukupilah diri engkau, niscaya akan lebih terpelihara agama engkau dan lebih mulia diri engkau.” Bukan cuma menasihati, Umar juga melakukan apa yang ia nasihatkan. Misalnya saja, begitu selesai shalat shubuh, ia selalu bergegas menuju kebunnya di Juruf. Ia berusaha mencukupi dirinya.
Terkait ini Nabi pun pernah berwasiat, “Di antara dosa-dosa, ada dosa yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat. Ia hanya dapat dihapus dengan berususah payah mencari nafkah.” Wasiat yang lain, “Allah menyukai hamba yang berkarya dan terampil. Sesiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka ia serupa dengan seorang pejuang di jalan Allah.” Sekali lagi, kerja adalah bentuk ibadah yang tertinggi.
Ketujuh, Umar memaknai produksi dan konsumsi secara tepat. Di satu sisi, ia menggalakkan produksi yang sebesar-besarnya, agar dapat memakmurkan orang sebanyak-banyaknya. Salah satu buktinya, ia mengutamakan pembangunan pasar dan masjid di daerah-daerah taklukan. Ia juga mengizinkan Utsman bin Abul Ash mengelola lahan tidur. Di sisi lainnya, ia menggalakkan konsumsi yang sehemat-hematnya. Ini terlihat dari kesederhanaan makanan dan pakaiannya sehari-hari.
Kedelapan, Umar mengajak pekerja untuk memiliki pendapatan tambahan. Kurang lebih nasihatnya begini, “Jika keluar gaji, maka sebagian belikan kambing. Demikian pula gaji selanjutnya. Jadikan itu harta pokok.” Inti dari nasihat ini, hendaklah pekerja memiliki asset produktif yang bisa mencetak uang terus menerus. Umar juga mengajak orang-orang untuk berdagang. Nasihatnya, “Berdagang itu merupakan sepertiga harta.” Ia sendiri memiliki 70.000 properti senilai triliunan rupiah.
Jelaslah sudah, Umar bukan saja keras dan tegas, tapi juga bijak dan kaya. Amat layak untuk diteladani. []
HABIS
Sumber: Percepatan Rezeki dalam 40 Hari dengan Otak Kanan/Karya: Ippho ‘Right’ Santosa/Penerbit: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia