DALAM laporan keuangan Laba-Rugi (selanjutnya kita akan mengganti istilah itu dengan istilah baru, Laba-Berkah), ujungnya adalah EAT (Earning After Tax ). EAT adalah laba bersih setelah dikurangi semua biaya dan pengeluaran bisnis lainnya termasuk depresiasi dan pajak. Biasanya kinerja perusahaan dinilai dari rasio EAT dibanding Revenue (Omset). Semakin tinggi rasio ini, dinilai semakin bagus kinerja perusahaan.
Dalam konsep “Bisnis Langit”, laporan keuangan Laba-Berkah tidak selesai sampai di EAT. Dilanjutkan dengan ZISWAF (Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf). Dan justru ZISWAF inilah yang akan menjadi patokan kinerja Bisnis Langit sesungguhnya. Rasio jumlah ZISWAF dibagi total Revenue (Omset) menjadi target kinerja perusahaan. Artinya semakin besar rasio ini, insyaAllah semakin mulia bisnis kita di mata Allah Subhanahu Wata’ala.
Jika Umar bin Khattab memiliki rasio 50% dan tersaingi dengan Abu Bakar AshShidiq dengan 100%, maka kita penerus mereka akan menargetkan berapa %? Ini pertanyaan pentingnya. Mimpi ingin bertemu dengan mereka, kita kejarnya dengan mengikuti cara mereka mendapatkan surganya.
Sepenting apakah kita fokus dengan ZISWAF di akhir laporan keuangan kita? Sobat (selanjutkan akan menjadi panggilan pembaca, yaitu singkatan dari SOdagar heBAT), bagi yang paham akan manajemen keuangan, tentu setuju bahwa laba positif belum tentu CashFlow (aliran uang)-nya positif. Padahal orang bisnis selalu bilang cashflow adalah segala-galanya. Artinya bisnis kita akan berjalan baik dengan salah satu sarat cashflow-nya harus positif. Jika patokan kinerja dinilai dari laba, padahal laba positif belum tentu cashflow positif, maka ini adalah penilaian semu.
Berbeda jika angka ZISWAF kita positif (Lebih tepatnya nilai zakatnya positif), dimana hanya yang memiliki harta lebih (laba positif) dan berkemampuan (ada dana)-lah yang wajib membayar zakat. Artinya, jika ZISWAF positif, pasti laba positif dan cashflow juga positif. Inilah kinerja sesungguhnya.
Kami menyarankan membuat patokan dasar, berapa persentase jumlah ZISWAF ini dari setiap laba yang kita dapat. Misal 10%, maka jika kita kita mengeluarkan ZISWAF 100 juta rupiah, itu berarti laba perusahaan kita sebesar 1 Milyar rupiah.
Terlihat tiada beda, ZISWAF keluar karena laba juga. Tapi sesungguhnya sangat beda. Lagi-lagi ini mindset Bisnis Langit, laba adalah rizki yang Allah Subhanahu Wata’ala telah tentukan untuk kita, laba adalah pemberian. Sungguh karena Rahman dan Rahimnyalah yang menentukan berapa rizki yang bisa kita dapatkan.
Berbeda dengan laba, ZISWAF adalah permintaan Allah Subhanahu Wata’ala untuk kita kerjakan, kita diberikan kebebasan untuk mengikuti perintahnya atau melalaikannya. Maka laba adalah given (pemberian), sedang ZISWAF adalah give (memberikan). Laba peran pasif sesuai kehendak Allah Subhanahu Wata’ala, tapi ZISWAF adalah peran aktif dari tangan kita.
SOBAT, maka fokuslah apa yang bisa menjadi peran aktif yang bisa kit maksimalkan, insyaAllah Allah Subhanahu Wata’ala akan melihat usaha kita dan memberikan yang terbaik untuk kita. Terlebih jika ZISWAF yang kita berikan berdampak besar sebagai ikhtiar kita menolong agama Allah, maka pasti Allah akan menolong kita.
Allahu A’lam Bishshawab. []