ISRA’ DAN MI’RAJ merupakan perjalanan bersejarah dan penting dalam Islam.
Allah SWT berfirman:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra : 1)
Isra diartikan sebagai perjalanan malam yang dilakukan nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan, mi’raj merujuk pada peristiwa perjalanan naiknya nabi Muhammad dari masjidil Aqsha ke langit (sidratul muntaha) untuk menerima perintah shalat. Keduanya terjadi hanya dalam waktu satu malam.
Bagaimana keadaan yang ada ketika peristiwa luar biasa tersebut terjadi?
Allah SWT berfirman:
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 1-18)
Sebagian ulama mengumpulkan berbagai riwayat tentang isra mi’raj dalam buku khusus. Di antara ulama yang mencurahkan ilmunya untuk karya ini adalah Imam Muhammad Nasiruddin Al-Albani, dalam bukunya: Al-Isra’ wal Mi’raj. Dalam karya ilmiyah ini, beliau menyebutkan hadis mengenai peristiwa isra mi’raj yang diriwayatkan dari 16 sahabat. Di antaranya; Umar, Ali bin Abi Thalib, Ibn Mas’ud, Ibn Umar, Anas bin Malik, Abu Dzar, Ibnu ‘Abbas, Jabir, Abu Hurairah, Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhum, dll.
Berikut ini terjemahan kisahnya, disarikan dari Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda menceritakan perihal malam isra’ mi’raj:
Atap rumahku terbelah ketika saya berada di Mekah dalam keadaan antara tidur dan terjaga, lalu turunlah Jibril ‘alaihis salam dan membelah dadaku. Kemudian dia mencucinya dengan air zamzam, lalu dia datang dengan membawa sebuah baskom dari emas yang penuh berisi hikmah dan iman, lalu menuangkannya ke dalam dadaku, kemudian dia menutupnya (dadaku). Kemudian didatangkan kepadaku Buraq, hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghol (peranakan kuda dengan keledai). Buraq mampu meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya. Maka saya pun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat para nabi mengikat (tunggangan). Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar.
Kemudian kami naik ke langit (pertama) dan Jibril minta izin untuk masuk, maka dikatakan (kepadanya), “Siapa engkau?”
Dia menjawab, “Jibril”.
Dikatakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab, “Muhammad”
Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab, “Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril berkata, “Bukalah (pintu langit)”.
Penjaganya menanyakan seperti yang ditanyakan oleh penjaga langit pertama. Lalu beliau menyebutkan bahwa beliau bertemu dengan Nabi ‘Isa dan Yahya di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam dan Nabi Ibrahim di langit ketujuh.
Beliau bersabda, “Maka saya bertemu dengan Ibrahim dan dia sedang bersandar ke Baitul Ma’mur, dan dia adalah (masjid) yang dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap harinya sedang mereka tidak kembali lagi.
Lalu dia (Jibril) membawaku ke Sidratul Muntaha . Ternyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Tatkala dia diliputi oleh perintah Allah, diapun berubah sehingga tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang sanggup mengambarkan keindahannya. Juga diperlihatkan kepadaku empat sungai, dua sungai di dalam dan dua sungai di luar, maka saya berkata, “Apa kedua sungai ini, wahai Jibril?”.
Dia menjawab, “Adapun dua sungai yang di dalam, maka itu adalah 2 sungai dalam surga. Adapun yang di luar maka dia adalah Nil dan Eufrat”.
Kemudian Jibril ‘alaihissalam datang kepadaku dengan membawa sebuah bejana yang berisi khamar dan bejana yang berisi susu, lalu saya pun memilih susu. Maka Jibril berkata, “Engkau telah memilih fitrah”.
Kemudian kami terus ke atas sampai saya tiba pada jenjang yang di sana, saya mendengar goresan pena. Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Maka Allah mewajibkan atasku 50 shalat sehari semalam. Kemudian saya turun kepada Musa ‘alaihissalam. Lalu dia bertanya, “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”
Saya menjawab, “50 shalat.”
Dia berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya…”
Maka saya pun kembali kepada Tuhanku seraya berkata, “Wahai Tuhanku, ringankanlah atas ummatku.”
Maka dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata, “Allah mengurangi untukku 5 shalat”.
Dia berkata, “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan.”
Maka terus menerus saya mondar-mandir antara Tuhanku, Ta’ala, dan Musa ‘alaihissalam. Sampai pada akhirnya, Allah berfirman, “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikit pun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis (baginya) satu kejelekan”.
Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa ‘alaihissalam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya.
Dia berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”,
Maka saya pun berkata, “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai saya pun malu kepada-Nya”.
Kemudian saya dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya ada gunung-gunung dari permata dan debunya adalah misk (minyak wangi)”.
Demikianlah sepenggal kejadian yang tergambar dalam peristiwa Isra Mi’raj. []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH | AL-ATSARIYYAH