“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu,” (QS. Al-Baqarah: 29)
“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya…” (QS. Fushshilat: 12)
LANGIT adalah ciptaan Allah SWT yang sangat luas dan masih menjadi misteri. Hanya Rasullulah SAW yang telah menyaksikan keagungan ciptaan Allah SWT yang satu ini. Atas izin Allah SWT, Rasulullah telah melakukan sebuah perjalanan spiritual lintas langit yang menakjubkan, dari bumi menembus tujuh lapis langit. Ya, apalagi kalau bukan peristiwa Isra’ dan mi’raj.
Sang Maha Pencipta secara tegas menginformasikan bahwa langit berjumlah tujuh. Adapun langit versi pertama (Langit sughro) adalah langit atmosfer, maka jelas bahwa yang dimaksud tujuh langit adalah lapisan-lapisan atmosfer yang berjumlah tujuh buah itu.
Bagaimana dengan tujuh langit kubro? Inilah yang masih menjadi misteri besar bagi manusia. Ada beberapa pemahaman tentang ini. Ada yang memahami bahwa langit kubro ini juga secara fisik berlapis-lapis, sebagaimana langit sughro.
Ada juga yang memahaminya bukan sebagai lapisan fisik, tapi lapisan dimensi sebagaimana terdapat dalam buku “Terpesona di Sidratul Muntaha,” karya Agus Mustofa. Jika langit kubro pertama yang kita tempati berdimensi tiga, maka langit kedua, ketiga, keempat dan seterusnya adalah alam berdimensi empat, lima, enam dan seterusnya.
Pemahaman versi ini mengatakan bahwa manusia hidup di langit dimensi tiga, jin hidup di alam langit dimensi empat, arwah orang awam hidup di alam langit dimensi lima, arwah para aulia, syuhada, malaikat, dan para nabi hidup di alam langit dimensi yang lebih tinggi tergantung kedudukannya.
Ketika peristiwa Isra Mi’raj, nabi bertemu dengan beberapa nabi di berbagai lapisan langit. Nabi Muhammad bertemu Nabi Ibrahim di langit ketujuh, bertemu Nabi Musa di langit keenam. Juga bertemu dengan nabi Adam, Nabi Yusuf di lapisan langit-langit lainnya. (Agus Mustafa, Terpesona di Sidratul Muntaha).
Penghuni langit berdimensi lebih rendah tidak dapat melihat penghuni langit berdimensi lebih tinggi. Tapi penghuni langit berdimensi lebih tinggi dapat melihat penghuni langit yang berdimensi lebih rendah. Itulah sebabnya:
– Manusia tidak dapat melihat jin tapi jin dapat melihat manusia
– Kita tidak bisa mendengar rintihan arwah yang sedang disiksa, tapi arwah dapat mendengar bunyi alas kaki para pengantar jenazahnya
Bagaimanapun, tentang tujuh langit adalah misteri. Hanya Sang Khalik yang tahu pasti. Wallahu alam. []
SUMBER: TERPESONA DI SIDRATUL MUNTAHA