PERHATIAN Umar Terhadap rakyatnya benar-benar membuat kita kagum dan namanya pun kian mengharum, mulia bagi mereka pembaca kisah kepemimpinannya. Doa-doa rahmat dan ridha untuknya begitu deras mengalir.
Siang-malam ia pantau keadaan rakyatnya. Ia benar-benar tahu bahwa tugas seorang pemimpin adalah melayani. Kepemimpinan bukan untuk menaikkan status sosial, menumpuk harta, yang akan menghasilkan kehinaan di akhirat semata.
Orang hari ini kenal ‘blusukan’ sebagai ciri pimpinan peduli, Umar telah melakukan sejak dulu dengan ketulusan hati. Ia duduk bersama rakyatnya, mengintip keadaan mereka, dan menanyai hajat kebutuhan. Kepada yang kecil atau yang besar. Kepada yang kaya atau yang miskin. Ia tidak pernah memberikan batas kepada mereka semua.
Abdullah bin Abbas mengatakan, “Setiap kali shalat, Umar senantiasa duduk bersama rakyatnya. Yang bersifat menggunaan keperluan, kemudian ia segera meneliti keadaannya. Ia terbiasa duduk sehabis shalat subuh hingga matahari mulai naik, melihat keperluan rakyatnya. Setelah itu baru ia kembali ke rumah.”
Sebagian orang yang ada enggan mengadukan masalahnya. Mereka segan karena besar wibawanya Umar. Kemudian beberapa orang sahabat; Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqqash ingin memberi tahu Umar tentang hal ini. Dan majulah Abdurrahman bin Auf yang paling berani untuk membuka pembicaraan dengan Umar.
“Bagaimana jika engkau (Abdurrahman) berbicara kepada Amirul Mukminin. Karena ada orang yang ingin mencari kebutuhan, namun segan untuk berbicara karena wibawanya. Juga ia pun pulang menahan keinginannya.”
Abdurrahman pun dekat Umar dan berbicara keras. “Amirul Mukminin, berlakulah lemah lembut kepada orang-orang. Karena ada orang yang ingin datang menemuimu, tetapi mereka tak mampu memberitahu pada Anda tentang kebutuhan mereka lantaran wibawamu. Mereka pun pulang dan tidak berani bicara,” kata Abdurrahman.
Umar lalu enjawab “Wahai Abdurrahman, aku bertanya kepadamu atas nama Allah, apakah Ali, Utsman, Thalhah, az-Zubair, dan Saad yang memintamu untuk mengirimkan hal ini?” “Allahumma na’am”, jawab Abdurrahman.
“Wahai Abdurrahman, demi Allah, aku telah melakukan lemah terhadap mereka sampai aku takut kepada Allah jika ada dalam hal ini. Aku juga bersikap tegas terhadap mereka, sampai aku takut kepada Allah berlebihan dalam ketegasan. Lalu, bagaimana jalan keluarnya?” tanya Umar. Abdurrahman pun menangis. Lalu mengusapkan rida’nya menghapus titik air mata. Ia berucap, “Lancang sekali mereka. Lancang mereka. ”
Bagi mereka yang tinggal jauh dari Kota Madinah; seperti penduduk Irak, Syam, dan lainnya. Umar sering bertanya tentang keadaan mereka, kemudian memenuhi kebutuhan mereka. Umar mengirim utusannya untuk meneliti orang-orang di luar Madinah.
Umar juga kerap menggelar kunjungan langsung. Melihat sendiri keadaan rakyat di bawah kepengurusan gubernurnya. Umar memenuhi kebutuhan mereka dengan sungguh-sungguh. Sampai-sampai dia berkeinginan janda-janda yang tidak memiliki orang yang mampu cukup dengan bantuannya tidak perlu untuk mendapatkan laki-laki lain. []
SUMBER: KISAHMUMSLIM