Oleh: Dr. Manpan Drajat
Ketua STAI KH EZ Muttaqien Purwakarta, Jawa Barat
TAHUN1453, Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel bersama pasukannya. Ketika Raja Konstantin takluk, Muhammad Al Fatih dan pasukannya berdiri di depan gereja Hagia Sophia. Kemudian ia turun dari kudanya, shalat dua raka’at di depan gereja Hagia Sophia.
Setelah shalat, Muhammad Al Fatih masuk ke dalam gereja. Melihat para pendeta dan rakyat sipil duduk bersimpuh, Muhammad Al Fatih kemudian memeluk salah seorang pendeta untuk diajaknya berdiri.
Muhammad Al Fatih kemudian berkata: “Berdirilah kalian semua. Kalian semua adalah bebas. Kalian boleh melakukan apa saja sebagaimana manusia merdeka. Beribadahlah sesuai dengan keyakinan kalian. Kami tidak akan mengganggunya. Kini, kalian adalah sama-sama warga negara dengan hak yang sama.”
Ketika kaum Nasrani bersepakat menyerahkan gereja Hagia Sophia, Muhammad Al Fatih menolaknya. Ia berkata, “Tetaplah beribadah di dalamnya. Namun, jika kalian merasa kurang nyaman, izinkan aku membeli Hagia Sophia. Dan aku bangunkan gereja-gereja lain di Istanbul untuk ketenangan ibadah kalian.” (Dikutip dari Azzam Mujahid Izzulhaq).
Turut berduka cita atas tragedi bom Surabaya, dan mengutuk tindakan biadab tersebut.
Islam tidak mengajarkan kebrutalan seperti itu walaupun dalam keadaan perang.
Apa yang dilakukan itu sebuah kejahatan kamanusian apapun agamanya. []