GUNA mendidik hati dan menjadikannya bening, tasawuf memiliki banyak ajaran yang dapat dilakukan oleh setiap orang yang berminat.
Berikut sembilan kiat shuffiyah dalam mendidik hati agar semakin dekat dengan Allah SWT Sang Pencipta:
1. Bertaubat. Taubat merupakan fondasi dan ibadah adalah bangunan diatasnya. Taubat merupakan hal yang penting dilakukan oleh setiap muslim. Setiap dari kita tentunya tidak akan pernah terlepas dari salah dan dosa, kini saatnya kita mengakui kesalahan dan dosa kita lalu taubat memohon ampun kepada Allah. Karena hati kita perlu dididik dengan memohon ampunan kepada Allah.
2. Kanaah (Qanaah), yakni perasaan rela menerima segala ketentuan dari Allah SWT, meskipun sedikit. Dia tak pernah rakus ataupun tamak dalam kehidupannya. Yang menyebabkan berhasilnya qanaah, dalam mencari ‘hidup akhirat’ adalah dengan rela meninggalkan sesuatu yang amat menarik dan memanggakannya berupa materi yang bersifat duniawi.
BACA JUGA: Zuhud bukan Hanya Meninggalkan Harta
3. Zuhd Ad-dunya, yakni menentang keinginan atau kesenangan. Makna zuhud adalah berpaling dari mencintai dunia menuju cinta Ilahi. Maka yang perlu dilakukan adalah menghilangkan rasa cinta materi duniawi dari dalam hatinya, tetapi tak perlu menghilangkannya, karena kita menyadari bahwa kita akan membutuhkan dunia sebagai kendaraan menuju surganya Allah.
4. Mempelajari syariat, yaitu guna meningkatkan kualitas takwanya. Secara garis besar ada tiga kandungan syariat Islam yakni, akidah, ibadah, dan akhlak. ketiganya merupakan serangkaian amalan lahir dan batin sebagai bukti kesempurnaan iman seseorang.
5. Memelihara sunnah-sunnah Nabi SAW, baik dalam pengertian melaksanakan amalan atau ibadah sunnah maupun mencontoh adab (budi pekerti) Rasulullah SAW.
6. Tawakal, arti bahasanya adalah penyerahan dan penyandaran. Makna tawakal adalah menyandarkan hati dan segala urusan hidupnya hanya kepada Allah.
BACA JUGA: Hati-Hati dengan Kebiasaan Bermaksiat
7. Ikhlas semata-mata karena Allah, merupakan dasar gerakan hati dan sebagai pusat seluruh ibadah. Yang harus kita hindari adalah riya, sum’ah, ujub dan takabbur.
8. Tajrid, yakni melakukan semacam uzlah, yakni menyendiri secara psikis dari keramaian kehidupan sesama manusia. Kita harus memahami bahwa lebih utama adalah al-julus (berdampingan) dan bergaul dengan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan ketabahan dalam melakukan kebutuhan sosial.
9. Memperbanyak wirid dan zikir, baik dengan hati, lisan, sikap, maupun perbuatannya. []
Sumber: Terapi Hati/Amin Syuku dan Fathimah Usman/Erlangga