KETIKA usia sudah cukup matang dan kehidupan sudah mapan, menikah menjadi salah satu tuntutan. Kondisi ketika orang-orang disekitar sudah ramai memperbincnagkan status dan gencar menanyakan ‘kapan nikah?’ menjadi ‘keadaan darurat’ dalam hidup seorang jomlowan.
Saat ‘keadaan darurat’ itu menjadikan episode hidupmu diwarnai galau, baper hingga bucin, bersabar lah karena segalanya berjalan sesuai kuasa-Nya.
Jodohmu sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Dia tak akan tertukar, tapi juga tak bisa diterka secara kasat mata. Satu lagi misterinya adalah soal waktu. Sebab, kedatangannya tak bisa didesak oleh keadaan darurat macam apapun. Hanya doa dan ikhtiar yang bisa manusia upayakan. Selebihnya, itu bergantung pada kehendak tuhan.
BACA JUGA: Sedang Nunggu Jodoh? Yuk Simak, Kata-kata Mutiara dan Nasihat Ini
Satu hal yang perlu disadari, pernikahan atau bersatunya seseorang dengan jodohnya itu menuntut komitmen baik kepada diri sendiri, pasangan, keluarga dan yang paling utama adalah kepada tuhan.
Pernikahan adalah komitmen seumur hidup. Dibutuhkan kecocokan, ketertarikan dan pengenalan karakter. Sebelum memutuskan menikah, seseorang perlu memilih calon pasangannya dengan baik agar pernikahannya kelak dapat berjalan dengan baik pula.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah:
“Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam praktiknya, hadis ini seringkali disalahartikan, karena seseorang kerap hanya berfokus pada satu kriteria utama, yakni agama. Sedangkan tiga kriteria lainnya diabaikan.
Contoh kasusnya adalah ketika seseorang dijodohkan tanpa ada rasa saling kecocokan. Salah satu pihak menerima perjodohan tersebut hanya karena melihat sisi religius dari ‘calon’ yang dijodohkan kepadanya. Sementara, dia sendiri tidak merasa yakin terhadap pilihannya karena belum sepenuhnya saling mengenal.
Kasus ini diungkapkan seorang konsultan spiritual, Karim Serageldin, di laman About Islam. Dia mengemukakan pandangan dan nasihatnya terkait ‘keadaan darurat’ yang menimpa pasangan ini.
“Apakah pernikahan mampu bertahan hanya berlandaskan kecocokan dalam segi religius saja?” kata dia.
Menurut Serageldin, kriteria ‘bagus agamanya’ itu punya persfektif berbeda-beda di mata setiap orang. Sebab, ini bukan hanya soal kesamaan dalam praktik ibadah saja, tapi juga mencangkup pandangan, pola pikir dan cara seseorang menjalani kehidupannya.
Seseorang tidak dapat menjalani jalan spiritualitas yang benar jika tidak memiliki ketulusan, kebijaksanaan, dan refleksi dalam menjalankan ajaran Islam. Sementara Islam adalah jalan menuju Allah SWT.
Allah adalah satu-satunya yang dituntun jalan ini. Ini mencangkup segala aspek kehidupan, termasuk pernikahan. Jadi, pastikan tujuan pernikahan itu dengan benar.
Bahwa suatu hari nanti kamu akan ditanya tentang apakah kamu melakukan pernikahan tanpa pertimbangan? Apalagi pernikahan itu menyangkut dua insan. Bagaimana mungkin pertimbangan hanya diambil demi kepentingan satu pihak?
BACA JUGA: Untukmu yang Suka Berharap dan Memberikan Harapan, Perhatikan 8 Nasihat Ini
Inilah beberapa nasihat yang perlu direnungkan sebelum kamu megambil keputusan untuk menikah:
- Jangan pernah menikah dengan seseorang yang kamu rasa tidak tepat hanya karena alasan takut atau tertekan. Ini cenderung mengarah pada kegagalan.
- Menikah lah dengan seseorang yang memiliki keempat kriteria yang disebutkan dalam hadits bukan hanya terfokus pada salah satu kriteria saja.
- Agama tetap yang utama. Maka, jika itu jadi prioritas, hindari menikah dengan seseorang yang tidak beragama, meskipun tiga alasan lainnya dia miliki.
- Gunakan hadits Nabi yang telah disebutkan di atas sebagai pedoman, bukan aksioma dengan batas tertutup.
- Islam mengajarkan kita untuk mengagumi keberagaman. Jika kita selalu menikah dengan orang-orang dari status sosial ekonomi, ras, atau suku yang sama, misalnya, ini akan menghalangi ummah (komunitas) yang lebih berwarna dan multikultural.
- Kadang-kadang orang bertindak religius karena beranggapan akan punya nilai lebih untuk dilirik ‘calon’. Berhati-hatilah dalam hal ini. Maka, kenali calon pasanganmu bukan hanya sekedar tampilan luarnya saja, tapi kenali juga keluarga dan kesehariannya.
- Gunakan waktumu. Jika kamu merasa tidak diberi cukup waktu untuk mengenal seseorang, jangan memaksakan diri menikah hanya untuk menghindari stigma budaya.
- Jika kamu mengharapkan pasangan yang sempurna dalam keempat kriteria yang disebutkan dalam hadis, maka mulai lah hal itu dari dirimu sendiri. Sempurnakan dirimu, karena sesungguhnya kamu adalah ‘calon’ pasangan dari seseorang yang juga berpedoman pada hadis tersebut.
- Bersiaplah! sebab mungkin saja ‘calon’ pasanganmu pun sedang membaca artikel yang sama denganmu saat ini. []
SUMBER: ABOUT ISLAM