SEORANG anak muda mengunjungi seorang ahli permata dan menyatakan maksudnya untuk berguru. Ahli permata itu menolak pada mulanya, karena dia khawatir anak muda itu tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk belajar. Anak muda itu memohon dan memohon sehingga akhirnya ahli permata itu menyetujui permintaannya.
“Datanglah ke sini besok pagi,” katanya.
Keesokan harinya, ahli permata itu meletakkan sebuah batu berlian di atas tangan sang anak dan memerintahkan ia untuk menggenggamnya. Ahli permata itu meneruskan pekerjaannya dan meninggalkan anak muda itu sendirian sampai sore.
Hari berikutnya, ahli permata itu kembali menyuruh anak muda itu menggenggam batu yang sama dan tidak mengatakan apapun sampai sore harinya. Demikian juga pada hari ketiga, keempat, dan kelima.
Pada hari keenam, anak muda itu tidak tahan lagi dan bertanya, “Guru, kapan saya akan diajarkan sesuatu?”
Gurunya berhenti sejenak dan menjawab, “Akan tiba saatnya nanti,” sang guru kembali meneruskan pekerjaannya.
Beberapa hari kemudian, anak muda itu mulai merasa prustrasi. Ahli permata itu memanggilnya dan meletakkan sebuah batu ke tangan pemuda itu. Anak muda frustrasi itu sebenarnya sudah hendak menumpahkan semua kekesalannya, tetapi ketika batu itu diletakkan di atas tangannya, anak muda itu langsung berkata, “Ini bukan batu yang sama!”
“Lihatlah, kamu sudah belajar,” kata gurunya
Kita bisa belajar dari siapa saja, dan kapan saja. Termasuk dari cerita tersebut, seorang guru menginginkan muridnya menemukan makna pemlajarannya sendiri lewat kesadaran. Sama halnya dengan ujian dan masalah yang Allah berikan, ada sesuatu di balik itu ketika kita sabar dan sadar bahwa kita sedang belajar. Maka pintar-pintarlah untuk menemukan sebuah hikmah dari setiap masalah dan ujian. []