“Sekolah dimana de?” tanya sang empunya rumah kepada anak kedua saya.
”Sekolah di SD Inklusi Azaddy Al Ghozali Jatinangor,” jawabnya lengkap seraya tersipu.
“Kelas berapa?” Ibu itu kembali bertanya.
”Kelas 2,” tukas anak saya.
”Sudah belajar perkalian belum, Ibu juga guru kelas 2, harusnya sudah belajar,” bla bla bla dan banyak lagi kalimat yang terlontar dari mulutnya tentang hapalan perkalian juga pelajaran berhitung lainnya.
Anak saya hanya senyum seraya sesekali memandang ke wajah saya ibunya yang juga hanya bisa senyum senyum. Kami sedang bertamu kala itu. Sang pemilik rumah sudah sepuh juga banyak pengalamannya. Saya tak kuasa membantu anak saya menjawab pertanyaan beliau mengenai hitungan perkalian.
Anak saya tahu sekali bahwa dia sedang bertamu. Dia tersenyum saja mendengarkan.
Dia duduk di bangku kelas dua, namun di sekolah dia tak pernah disuruh menghapal perkalian. Ada sentra matematika, tapi tidak menyuruh anak menghapal rumus dan angka.
Saat anak-anak masuk ke sentra matematika semua kecerdasan dibangun, semua domain perkembangan dibangun.
Kami tak mau membiarkan anak hanya unggul pada berhitung saja. Logical mathematical thinking skill adalah salah satu fokus perkembangan dari domain kognisi. Ada fokus-fokus lain yang harus para guru urus.
Sekolah Inklusi Azaddy Al Ghozali Jatinangor Sumedang membangun tujuh kecerdasan dasar secara seimbang melalui berbagai macam kegiatan bermutu.
Harapan kami, dengan terbangunnya semua kecerdasan itu, dia bisa mempelajari ciptaan Allah yang ada di langit maupun di bumi. Dia tahu segala sesuatu yang Allah ciptakan pasti mengandung kemanfaatan untuk kita semua. Berkat pengetahuannya itu diharapkan dia bisa menempatkan diri dengan benar di muka bumi ini, paham bahwa dunia ini akan berakhir dan ada kehidupan setelah mati nanti.
Harapan kami, dengan terbangun seimbang semua kecerdasan dasar, kelak dia memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Dia sampai pada pengertian mengapa Allah memberikan banyak aturan hidup. Dia mampu hidup dengan aturan dan menjalankan nilai-nilai agama karena itu kebutuhan baginya.
Banyak orang tahu aturan agama tapi tidak mau dan tidak mampu ikut aturan karena kecerdasan spiritualnya tidak tinggi. Kecerdasan dasar harus dibangun seimbang sejak dini supaya kecerdasan spiritual tinggi agar kelak saat dewasa, dia bahagia hidup di dunia dan akhirat.
Sebab, hidup ini tak cukup bermodalkan hapal perkalian semata. []