JAKARTA—Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor Jepara, Jawa Tengah membantah ancaman terhadap batalnya Ustadz Abdul Somad (UAS) mengisi ceramah di Jepara.
“Tidak ada ancaman terhadap UAS maupun pondok pesantren,” kata Syamsul Anwar, Ketua PC GP Ansor Jepara dilansir dari NU Online, Senin (3/9/2018).
Lebih lanjut, Syamsul membenarkan adanya pro dan kontra perihal kedatangan UAS. Hal ini semakin hangat sesaat setelah tim UAS survei ke lapangan untuk mengecek kondisi kesiapan panitia. Seorang tim tersebut terlihat mengenakan topi berlogo bendera HTI.
“Tanggal 24 Agustus saat tim UAS datang ke Jepara dalam rangka cek lokasi persiapan pelaksanaan acara. Tiba tiba beredar di media tepatnya di FB ustadz mudhofar/alhusna. Foto-foto tim UAS memakai topi menyerupai simbul HTI beredar ke publik. Hal inilah kemudian memicu pro kontra kembali menguat di masyarakat,” katanya.
Syamsul juga mengungkapkan bahwa setiap hari Ansor selalu berkomunikasi untuk bersama mengamankan kegiatan tersebut. Selain berkoordinasi dengan pihak kepolisian, ia dan anggotanya juga menemui Ketua Pemuda Pancasila Jepara yang diminta oleh Pondok Pesantren Al-Husna sebagai pengamanan kegiatan tersebut.
“Kami, PC GP Ansor sebenarnya hampir tiap hari berkomunikasi dengan berbagai pihak, baik ketemu langsung maupun lewat telepon dalam rangka upaya menekan memanasnya situasi di Jepara. Sampe H-2 atau tepatnya hari Kamis (30/8), kami masih berkomunikasi dgn pihak penyelenggara/ponpes Al-Husna untuk bersama-sama mencari solusi demi kondusifitas di Jepara dan acara milad Al-Husna tetap berjalan sukses,” terangnya.
Mendengar kegiatan batal dihadiri UAS dan Tim Shalawat Azzahir yang sudah direncanakan, GP Ansor Jepara masih sempat mengajak diskusi penyelenggara untuk menawarkan opsi-opsi agar pengajian tetap berjalan dan peringatan milad tetap meriah. Namun, ia tak mendapat respons positif sehingga ia menginisiasi apel kebangsaan yang diikuti oleh ribuan anggota Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser).
“PC GP Ansor mulai hari Jumat dan Sabtu akhirnya memutuskan lebih baik, menggerakan internal organisasi atau anggotanya fokus bagaimana menciptakan Jepara aman dan kondusif. Muncullah kegiatan apel ribuan Ansor Banser se-Kabupaten Jepara,” jelasnya.
Sebelumnya, ia menceritakan bahwa Ansor telah mendengar kehadiran UAS di Jepara sejak akhir Juni lalu. Pro kontra santer di tengah masyarakat sejak bulan Juli. Pihak Ansor pun bergerak ke berbagai elemen dan golongan masyarakat untuk menjaga kondusifitas Bumi Kartini agar tetap aman.
“Tepatnya tanggal 21 Agustus 2018, kami audiensi dengan Polres Jepara di ruangan Kapolres. Di ruangan itu kami ditemani sahabat-sahabat Ansor Jepara dan dari pihak Polres ada Bapak Kapolres, Ksatintel, dan beberapa anggota polisi. Kami GP Ansor Jepara menyatakan sikap kepada Polres Jepara seperti di surat yang banyak beredar itu,” tuturnya.
Setelah pertemuan itu, pihak Polres menidaklanjuti sikap GP Ansor Jepara kepada pihak penyelenggara. Pondok Pesantren Al-Husna, dalam hal tersebut, menyatakan kesiapannya atas sikap Ansor.
Dalam surat pernyataan sikap tertanggal 21 Agustus 2018 itu, Ansor Jepara mengingatkan Polri untuk bertindak mencegah konsolidasi eks HTI dan memastikan dalam kegiatan pengajian yang bakal berlangsung itu terdapat Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Sehari setelahnya, Rabu (22/8/2018), menurut Syamsul semua sudah sepakat untuk saling menjaga. Ansor dan Pondok Pesantren Al-Husna sudah merasa clear dengan kesepakatan, demi keamanan Kabupaten Jepara. Namun, hal itu berubah dua hari berikutnya, yakni pada Jumat (24/8/2018), sebagaimana yang sudah diceritakan di atas.
SUMBER: NU ONLINE