MENURUT pendapat Ibnu Qiyyam, at-taubatan-nashuh harus mencakup tiga perkara:
1. Mencakup segala macam dosa yang pernah dilakukan, sehingga tidak ada satu dosa pun melainkan sudah tercakup di dalamnya.
2. Membulatkan tekad dan kemantapan hati secara menyeluruh, sehingga tidak ada lagi keragu-raguan dan penangguhan. Kehendak dan tekadnya harus dibulatkan seketika itu pula.
3. Membebaskan taubat itu dari kekeruhan dan alasan-alasan tertentu yang bisa mengotori keikhlasannya, hati didorong untuk takut kepada Allah semata dan mengharap apa yang ada di sisi-Nya, tidak seperti orang yang bertaubat karena hendak menjaga kedudukan, pangkat dan harga dirinya, melindungi kekuasaan, kekuatan dan hartanya, agar dipuji orang dan tidak dicela.
BACA JUGA: Taubat Menurut Al-Quran dan Kaitannya dengan Istighfar Bagian-1
Yang pertama berkaitan dengan dosa yang dimintakan taubat. Yang kedua berkaitan dengan hati orang yang bertaubat dan jiwanya. Yang ketiga berkaitan dengan diri orang yang bertaubat.
Ada perbedaan antara menghapus kesalahan dan mengampuni dosa. Di dalam Kitab Allah hal ini disebutkan secara berurutan, dan ada pula yang disebutkan secara sendiri-sendiri. Yang disebutkan secara berurutan seperti firman Allah yang mengisahkan hamba-hamba-Nya yang Mukmin.
“Wahai Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti,” (QS Ali Imran: 193).
Yang disebutkan secara sendirian seperti firman-Nya,
“Dan, orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amalamal yang shalih serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dan Rabb mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka,” (QS Muhammad: 2).
Firman Allah tentang maghfirah (ampunan),
“Dan, mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka,” (QS Muhammad: 15).
Di sini disebutkan empat perkara: Dosa, kesalahan, ampunan dan penghapusan. Dosa maksudnya adalah dosa besar. Kesalahan maksudnya adalah dosa kecil, yang cukup hanya dengan dihapuskan. Sementara penghapusan ini tidak efektif untuk dosa besar, seperti menghapus dosa membunuh secara sengaja dan sumpah palsu. Inilah dalil bahwa maksud kesalahan di sini adalah dosa kecil dan penghapusannya.
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga),” (QS An- Nisa’: 31).
Disebutkan di dalam Shahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Shalat-shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus kesalahan-kesalahan di antara keduanya selagi dosadosa besar dijauhi.”
Lafazh “maghfirah” (ampunan) lebih sempurna daripada lafazh “takfir” (penghapusan), karena itu maghfirah berlaku untuk dosa-dosa besar dan penghapusan berlaku untuk dosa-dosa kecil. Maghfirah mencakup pemeliharaan dan penjagaan, sedangkan takfir mencakup penutupan aib dan pengenyahannya. Namun jika disebutkan secara sendirian, maka masing-masing bisa masuk ke dalam pengertian yang lain. Jadi takfir bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil, bahkan bisa mencakup amal yang paling buruk sekalipun, seperti firman-Nya,
“Agar Allah menghapus (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan,” (QS Az-Zumar: 35).
Orang-orang yang berdosa mempunyai tiga sungai besar yang bisa dipergunakan untuk membersihkan dosa-dosanya di dunia. Jika belum juga bersih, maka mereka akan dibersihkan di sungai neraka di hari kiamat. Tiga sungai itu ialah:
1. Sungai at-taubatun-nashuh.
2. Sungai kebaikan-kebaikan yang melimpah ruah dan menghanyutkan berbagai macam kesalahan di sekitarnya.
3. Sungai musibah dan cobaan yang menghapus semua dosa. Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada diri hamba-Nya, maka Dia memasukkannya ke dalam salah satu sungai ini, sehingga dia datang pada hari kiamat dalam keadaan bersih, sehingga dia tidak memerlukan cara pensucian yang keempat. []
HABIS
SUMBER: E-book Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah)/Ibnu Qayyim Al-Jauziyah/Pustaka Al-Kautsar/1999