GAZA—Perdamaian Palestina-Israel menjadi konsentrasi khusus dunia internasional. Namun, Perdamaian di kawasan bukan hanya soal Palestina-Israel. Upaya perdamaian tersebut juga melibatkan sengketa dua otoritas, yakni Hamas dan Fatah di Gaza.
Pekan lalu, sekelompok pemimpin Hamas dan delegasi keamanan Mesir malakukan pertemuan di Jalur Gaza. Dalam sebuah pernyataan disebutkan bahwa pertemuan tersebut membahas upaya Kairo untuk memajukan rekonsiliasi Palestina.
“Kedua belah pihak membahas upaya Mesir untuk mengakhiri perseteruan yang panjang antara kelompok Hamas, yang mengontrol Gaza, dan partai Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang memiliki dominasi di Tepi Barat,” demikian pernyataan Hamas.
BACA JUGA: Hamas Menilai Konfederasi Usulan AS Bermaksud Hilangkan Isu Palestina
Selain itu Hamas juga menambahkan keterangan dalam pernyataannya.
“Para pihak juga mengadakan pembicaraan mendalam tentang cara-cara untuk mengakhiri pengepungan di Jalur Gaza dan meringankan penderitaan rakyat kami di daerah kantong,” kata Hamas seperti dikutip dari Times of Israel, Ahad (23/9/2018).
Upaya rekonsiliasi Palestina telah dimulai sejak lama. Mesir menengahi kesepakatan antara Hamas dan Fatah untuk membawa Tepi Barat dan Gaza di bawah satu pemerintah pada Oktober 2017. Namun, kedua kubu belum berhasil melaksanakan perjanjian.
Selain memediasi upaya rekonsiliasi Hamas-Fatah, Mesir juga mengambil peranan dalam menjembatani terciptanya periode tenang di tengah gelombang kekerasan yang terjadi antara Palestina dan Israel di perbatasan Gaza.
Baik Israel dan Mesir memberlakukan sejumlah pembatasan pada pergerakan orang dan barang masuk dan keluar dari Gaza. Israel mengatakan blokade diperlukan untuk menjaga Hamas dan kelompok teror lainnya di jalur itu mempersenjatai atau membangun infrastruktur militer. Sedangkan Hamas menuntut gencatan senjata jangka panjang termasuk pencabutan pembatasan tersebut.
Bulan lalu, Mesir menjadi tuan rumah sejumlah faksi Palestina di Kairo termasuk Hamas untuk membahas kemungkinan gencatan senjata. Kepala Dinas Intelijen Umum Mesir Abbas Kamel dilaporkan mengunjungi kepala Shin Bet Nadav Argaman di Israel untuk berbicara dengannya tentang masalah itu.
Namun, setelah adanya protes dari pejabat senior Fatah dan Otoritas Palestina, Mesir dilaporkan menghentikan upayanya untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas.
Pejabat Fatah dan Otoritas Palestina menekankan bahwa upaya rekonsiliasi lebih diutamakan daripada gencatan senjata. Fatah juga menegaskan, hanya Organisasi Pembebasan Palestina (bukan Hamas), yang memiliki legitimasi untuk merundingkan perjanjian internasional seperti gencatan senjata.
BACA JUGA: Pejabat Hamas Ungkap Solusi Permasalahan Palestina
Utusan PBB Nickolay Mladenov mengatakan kegagalan untuk menerapkan perjanjian persatuan Hamas-Fatah adalah faktor kunci di balik situasi kemanusiaan yang memburuk di Jalur Gaza.
“Fatah dan Hamas harus bersungguh-sungguh dengan Mesir untuk mengembalikan pemerintah yang sah ke Gaza,” kata Mladenov pada pertemuan Dewan Keamanan.
Diketahui, Gaza berada di bawah kendali Hamas 2007. Sedangkan sebagian besar wilayah Palestina lainnya berada di bawah kendali otoritas Palestina yang dipimpin Fatah. []
SUMBER: TIMES OF ISRAEL