NEW YORK—Dalam pidatonya di sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak klaim sepihak Amerika Serikat atas Yerusalem. Menurutnya, prakarsa sepihak tidak akan menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
“Apa yang bisa menyelesaikan krisis antara Israel dan Palestina? Bukan inisiatif sepihak, atau menginjak-injak hak-hak sah rakyat Palestina untuk melegitimasi perdamaian atau meremehkan hak adil Israel atas keamanan. Tidak ada alternatif yang kredibel untuk solusi dua-negara yang hidup berdampingan dalam damai dan keamanan dengan Yerusalem sebagai ibu kota,” kata Macron.
BACA JUGA: Macron: Assad Kembali Berkuasa adalah ‘Kesalahan yang Mengerikan’
Macron juga mengatakan, Paris memiliki persahabatan yang erat dengan Israel. Namun, pihaknya meminta Israel untuk mengakhiri kebijakan yang dapat merusak perjanjian damai.
“Melanjutkan jalan ini akan menjadi kesalahan,” katanya merujuk pada status Yerusalem yang diakui AS sebagai ibu kota Israel.
Pejabat Prancis dan Eropa mengaku mereka memiliki sedikit ruang untuk melakukan manuver pada proses perdamaian Timur Tengah. Namun, dalam pembicaraan dengan Trump, Macron mengatakan bahwa kebijakannya untuk memberikan tekanan pada Palestina tidak dapat dilanjutkan. Ia mendesak agar solusi segera ditemukan.
Pernyataan Macron ini senada dengan yang diungkapkan Raja Yordania Abdullah.
“Tidak ada yang namanya perjanjian sepihak; dibutuhkan setidaknya dua pihak untuk membuat kesepakatan. Membantu para pihak mencapai kesepakatan itu, dan bekerja sama untuk membangun masa depan yang baru, layak mendapat dukungan kuat dan mantap dari seluruh dunia kita,” kata Raja Abdullah.
BACA JUGA: Macron: Saya Tak Suka Jilbab, Tapi Wanita Muslim Berhijab harus Ditoleransi
Selama ini salah satu isu utama dalam konflik Israel-Palestina adalah soal status Yerusalem. Palestina menginginkan bagian timur kota sebagai ibu kota negaranya. Sedangkan Israel justru mengklaim seluruh Yerusalem sebagai wilayahnya. AS sebagai juru damai malah memperparah situasi dengan mengklaim wilayah itu sebagai ibu kota Israel.
Tak hanya sampai di situ, AS kemudian memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. AS juga semakin menyudutkan posisi Palestina dengan menghentikan bantuan kemanusiaan yang selama ini diberikannya kepada oraganisasi PBB yang mengurus pengungsi Palestina, UNRWA. []
SUMBER: REUTERS