PALESTINA—Petani di Jalur Gaza yang terkepung telah memanen 12.000 ton kurma dari perkebunan. Bukannya bisa langsung mendapatkah keuntungan, para petani kurma justru kebingungan untuk menjual produk-produk mereka.
Pengangguran yang tinggi dan tingkat kemiskinan yang meningkat membuat penduduk lokal di Jalur Gaza tidak dapat membeli buah. Sementara pengepungan Israel telah membatasi kemampuan petani untuk mengekspor hasil panen mereka.
BACA JUGA: 60 Badan HAM Dunia Tolak Penjajahan Israel ke Palestina
Petani Mohammed Barka, 28, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa hasil panennya berlimpah dan bagus tahun ini. Namun memburuknya kondisi ekonomi di Gaza telah menyebabkan para petani bingung ke mana mereka harus menjual kurma hasil panen mereka.
Dalam laporan yang diterbitkan pada Rabu (26/9/2018), Bank Dunia memperingatkan bahwa Gaza “runtuh” karena blokade Israel yang telah berlangsung selama 11 tahun. Laporan tersebut menggambarkan ekonomi Gaza “merosot tajam” sedangkan aliran bantuan tidak lagi cukup untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
“Hasilnya adalah situasi yang mengkhawatirkan. Pemuda hidup dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran untuk populasi yang sangat muda lebih dari 70 persen,” tambah laporan itu.
BACA JUGA: Liga Arab Sambut Baik Spanyol Akui Negara Palestina
“Produksi kurma tahun ini sebanyak 12.000 ton,” kata Tahsin Al-Sakka, direktur jenderal pemasaran dan koordinasi di Kementerian Pertanian Palestina di Gaza.
“Jumlah ini cukup untuk kebutuhan dan ekspor, namun daya beli penduduk lokal yang buruk membuat kurma-kurma menumpuk di pasar,” ujar Al-Sakka.
“Seminggu yang lalu, para petani telah mengekspor 12 ton kurma ke Tepi Barat. Kami berharap dapat mengekspor sejumlah kurma untuk dijual ke luar,” papar Al-Sakka.
“Jumlah total kurma yang diekspor tahun 2017 lalu mencapai 400 ton,” tambahnya. []
SUMBER: MEMO