UMMU Umarah RA, atau nama aslinya Nasibah binti Ka’b, atau riwayat lain menyebutnya Nusaibah binti Ka’b, adalah salah satu dari dua wanita Anshar yang mengikuti Ba’iatul Aqabah kedua, satunya lagi adalah Ummu Mani’ atau nama aslinya Asma binti Amr. Dengan demikian ia merupakan orang Anshar yang mula-mula memeluk Islam, yakni ketika Nabi SAW belum hijrah ke Madinah. Walaupun wanita, Ummu Umarah banyak terlibat dalam beberapa pertempuran membela panji-panji Islam, di antaranya perang Uhud, perjanjian Hudaibiyah, perang Khaibar, Umratul Qadha’, perang Hunain, dan perang Yamamah.
Pada perang Uhud, ketika itu usianya 43 tahun, ia berjihad bersama suami dan dua anaknya. Ia berdiri tidak jauh dari kedudukan Nabi SAW. Ketika keadaan berbalik dari kemenangan menjadi kekalahan, seorang kafir bernama Ibnu Qami’ah dan beberapa kawannya menyerang dan mendekati posisi Nabi SAW, sambil berteriak, “Dimanakah Muhammad? Dimanakah Muhammad?”
BACA JUGA: Masuklah ke Surga beserta Istri Kamu
Ummu Umarah berpikir cepat, jika mereka sampai melukai atau membunuh Nabi SAW, maka tidak ada kebaikan bagi dirinya. Bersama Mush’ab bin Umair dan beberapa orang sahabat, ia menghadang serangan orang-orang kafir, secara khusus ia menyerang Ibnu Qami’ah dan melukai bahunya, dan terus menyerangnya tetapi akhirnya ia bisa melepaskan diri dari serangan Ummu Umarah dan lari menyelamatkan diri.
Ia mendapatkan duabelas luka di tubuhnya ketika menjadi pagar betis bersama beberapa sahabat bagi keselamatan Nabi SAW, dan luka terparah pada tangannya, yang terus mengeluarkan darah hingga setahun lebih, sehingga ia tidak bisa ikut perang Hamra’ul Asad. Sepulang perang Hamra’ul Asad ini, Nabi SAW langsung menanyakan keadaan Ummu Umarah, dan beliau sangat gembira ketika memperoleh kabar bahwa lukanya telah mulai membaik.
Dalam perang Uhud itu juga, Ummu Umarah sempat diserang oleh orang kafir yang berkuda, padahal ini hanya berjalan kaki. Ia bertahan dengan perisainya, sampai akhirnya berhasil merebut pedang orang kafir itu dan menyabet kaki kudanya, hingga ia terjatuh. Nabi SAW melihat keadaan itu, dan berseru kepada anaknya agar membantu Ummu Umarah. Akhirnya ibu dan anak ini membunuh orang kafir tersebut bersama-sama.
Salah satu anaknya, Abdullah bin Zaid terluka pada tangannya dan darah terus mengucur, Nabi SAW menyarankan agar luka tersebut dibalut dengan sorban. Datanglah Ummu Umarah, yang segera membalut luka anaknya tersebut. Setelah luka itu terbalut, ia berkata kepada Abdullah, “Pergi sana, bertempurlah lagi melawan orang-orang kafir itu!”
Abdullah beranjak menuruti perintah ibunya dan menerjunkan diri dalam pertempuran lagi. Nabi SAW begitu kagum dengan pemandangan ini dan bersabda, “Ummu Umarah, engkau begitu bersemangat, adakah orang lain yang memiliki semangat sepertimu?”
Nabi SAW mendoakan dan memuji keberanian Ummu Umarah dan keluarganya tersebut. Beberapa saat kemudian, ada seorang kafir yang lewat tak jauh dari tempatnya, Nabi SAW berseru, “Hai Ummu Umarah, itulah orang yang melukai anakmu tadi!”
Mendengar seruan ini Ummu Umarah segera melompat menyerang orang kafir tersebut hingga melukai pahanya dan ia terjatuh dari tunggangannya dan lari tunggang langgang. Melihat keadaan ini Nabi SAW berkata, “Luka anakmu sudah terbalas…”
Sekali lagi Nabi SAW memuji dan mendoakannya, dan setelah itu Ummu Umarah berkata, “Ya Rasulullah, berdoalah agar Allah menjadikan saya sahabat engkau di surga.”
BACA JUGA: Percakapan antara Penghuni Surga dan Penghuni Neraka
Nabi SAW memenuhi permintaan Ummu Umarah ini, dan ini menjadikannya lega dan tak pernah lagi khawatir dengan kesulitan hidup yang akan menimpanya. Dalam perang Yamamah, perang melawan pemberontakan nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab, ia berjuang hebat hingga mendapat sebelas luka di tubuhnya dan salah satu tangannya terpotong. Usianya yang saat itu mencapai 52 tahun ternyata tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berjihad di jalan Allah.[]
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar