GEMPA 7,4 skala Richter yang mengguncang Palu dan Donggalan, Sulawesi Tengah (Sulteng), menggemparkan tanah air. Ratusan nyawa menjadi korban. Ratusan bahkan ribuan bangunan serta fasilitas umum hancur.
Selain gempa, pesisir Palu juga dihantam tsunami. Selain itu, sebagian wilayah lainnya mengalami fenomena likuifaksi. Bagaimana fakta terkait dampak gempa di wilayah ini?
BACA JUGA: Ini Fakta-Fakta terkait Gempa Sulteng
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis fakta terbaru gempa Sulteng. Berikut ini ulasannya:
1. Korban meninggal mencapai 832 jiwa
Dari angka tiga ratusan korban jiwa pada Sabtu (29/9/2018), jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala terus bertambah hingga mencapai 832 jiwa pada Ahad siang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah korban kemungkinan masih akan terus bertambah karena pencarian dan evakuasi terus dilakukan.
2. Tanah bergerak seperti menelan apa saja di atasnya
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut, gempa kali ini juga menyebabkan fenomena likuifaksi. Hal itu terungkap dalam beberapa video yang merekam kondisi pasca gempa. Dalam video tersebut terlihat rumah dan tanah yang bergeser.
Rovicky Dwi Putrohari, ahli geologi dan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia, menambahkan, yang terjadi dalam video tersebut adalah likuifaksi yang memicu longsoran.
Faktanya, beberapa daerah yang terdampak gempa memnag menaglami timbunan lumpur. Salah satunya di Sigi.
3. Hotel Roa Roa, Mal Tatura, rumah sakit ambruk
Pusat perbelanjaan terbesar di Kota Palu, Mal Tatura di Jalan Emy Saelan, hancur dan ambruk sebagian. Masih ada puluhan hingga seratusan orang yang terjebak di dalam pusat perbelanjaan empat lantai yang dibangun pada tahun 2006 itu.
Begitu pula di Hotel Roa-Roa di Jalan Pattimura. Hotel berlantai delapan ini rata dengan tanah. Di hotel yang memiliki 80 kamar itu terdapat 76 kamar yang terisi oleh tamu hotel yang menginap. Basarnas menyebutkan, ada sekitar 50-60 tamu yang diperkirakan masih terjebak di dalam reruntuhan hotel.
Selain itu, Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat, di Jalan Kangkung, Kamonji, Kota Palu dan Jembatan Ponulele yang menjadi ikon wisata Kota Palu juga roboh. Diperkirakan, banyak korban masih belum ditemukan di timbunan reruntuhan bangunan-bangunan tersebut.
4. Warga berebut makanan dan BBM
Rebutan bahan makanan di sejumlah minimarket hingga berebut BBM di SPBU marak terjadi di Kota Palu setelah gempa terjadi.
BACA JUGA: BNPB: Perumahan Balaroa Tanah Turun Hingga 5 Meter, Daerah Parah Terdampak Gempa
Dapur umum pun sulit ditemukan. “Susah cari makan, Alfamidi dan BNS (Bumi Nyiur Swalayan) jadi rujuan warga,” kata seorang warga bernama Abdullah.
5. BNPB: Tak ada alat pendeteksi gempa atau buoy yang beroperasi
BNPB melaporkan, tidak ada buoy atau alat pendeteksi tsunami yang beroperasi di Palu dan sekitarnya. Alasannya, Buoy milik Indonesia telah mengalami kerusakan sejak lama.
“Jadi enggak ada buoy tsunami di Indonesia. Sejak 2012, buoy tsunami sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang ya,” kata Sutopo dalam konferensi pers, Ahad (30/9/2018).
Padahal, alat yang dilengkapi sensor ketinggian muka air ini sangat berguna dalam upaya mengantisipasi bencana gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami. []
SUMBER: TRIBUNNEWS