Oleh: Iis Nawati
Mahasiswi Pendidikan Fisika UPI Bandung
CINTA memang tak sekedar kata-kata ataupun syair-syair indah sang pujangga. Cinta bukan pula sekedar rayuan-rayuan gombal di sore hari atau sekedar kebersamaan di malam minggu.
Ah sayangnya, tak semua pemuda memahami ini. Banyak pemuda justru tenggelam dalam rasa cinta semu. Tenggelam dalam cinta yang belum saatnya untuk mereka rajut. Tenggelam dalam cinta yang terjebak dalam sebuah drama kolosal atau korea. Cinta itu memang pelik, cinta memang mampu memalingkan siapa saja ketika dia telah terkena panah cinta. Cinta mampu menjadikan seseorang mau berkorban apa saja.
Memang tidak ada yang salah dengan rasa cintamu, memang tidak patut disalahkan ketika hati ini mulai mengukir nama seseorang, karena Allahlah yang sejatinya memberikan sebuah naluri untuk mencintai pada setiap insan. Tapi seringkali kita lupa dan lalai bahwa Allah pun memberikan satu jalan agar cinta itu menjadi halal.
Namun zaman kini telah berganti, film-film Barat dan Korea telah merasuk dalam hati, menjelma menjadi aktivitas yang dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga banyak pemuda saat ini terbuai dengan kisah cinta SMU-nya, tengelam dalam romantisme cinta yang katanya menggairahkan hidup mereka dan menambah warna warni kehidupan mereka.
Baca Juga: Tiba-tiba Cinta
Sayangnya mereka lupa, jika cinta yang belum saatnya mereka tenun, jika cinta yang belum saatnya mereka petik, hanya menimbulkan malapetaka dan kesengsaraan di dunia ataupun di akhirat. Karena Allah berulang kali telah mengingatkan kepada kita, namun tidakkah kita ingin mengambil pelajaran:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, itu merupakan perbuatan keji dan buruk” (Q.s. Al-Isra:32)
Wahai saudaraku, jika cinta telah hadir dalam sanubari, maka naungilah cinta itu dalam sebuah kesabaran. Jika engkau adalah seorang laki-laki maka beranikan diri untuk menemui walinya dan halalkan (nikahi) dia untukmu. Jika engkau adalah seorang perempuan maka menunggulah dengan penuh ketaatan kepada Allah, janganlah engkau terburu-buru terbuai dengan kata-kata cinta dan janji sang pujaan hati.
Wahai saudaraku, naungilah cintamu dalam sebuah kesabaran dan ketaatan kepada Allah. Jika cinta telah mengusik jiwa namun belum ada kesiapan untuk menikah, maka naungilah cinta itu dalam sebuah kesabaran dan penantian. Jagalah cinta itu karena Allah dengan mencintainya dalam diam atau melepaskan dia karena Allah sembari diri menyiapkan dan melayakkan diri dihadapan Allah.
Cinta di hadapan Allah adalah sebuah perkara yang agung. Maka jangan engkau jatuhkan cinta itu karena terburu-buru ingin meneguknya. Jika engkau naungi cinta ini dengan kesabaran, hingga engkau benar-benar bisa menuai cinta itu dalam keridhoan Allah, maka engkau akan menuai dengan penuh keberkahan dan pahala yang berlipat tanpa engkau sadari.
Betapa banyak kenikmatan yang Allah berkahi jika engkau memetik cinta tidak dalam proses pacaran. Bahkan engkau akan menuai cinta dari seseorang yang dia bangun cinta itu karena Allah sebagaimana engkau pun membangun cinta itu karena Allah. []