BELAKANGAN ini Indonesia kerap mengalami musibah gempa. Selain banjir, gempa dan tsunami, Indonesia juga rawan letusan gunung merapi. Bahkan baru-baru ini ada isu terkait Megathrust Jawa, bencana besar yang mungkin menimpa sebagian besar pulau Jawa.
Dalam sebuah wawancara seperti dikutip dari Viva, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar, menjelaskan semua hal itu.
Indonesia diketahui berada dalam jalur Ring of Fire. Indonesia berdiri di atas tiga lempeng Bumi. Ini membuatnya memiliki kondisi alam yang kompleks.
Pertemuan tiga lempeng itu menghasilkan dua sisi bagi Indonesia. Di satu sisi Indonesia berlimpah berkah sumber daya alam, mulai mineral logam sampai panas Bumi. Namun sisi lainnya, tiga lempeng Bumi membuat Indonesia menjadi area ‘merah’, rawan bencana alam mulai dari gempa Bumi serta tsunami sampai letusan gunung berapi.
Tanya: Gempa sering yang terjadi di Indonesia, wilayah mana yang paling berisiko?
Gempa itu ada dua. Bisa disebabkan di tengah laut, ada juga di tengah daratan namanya patahan atau sesar. Jadi bisa akibat itu. Di mana yang rawan? Daerah-daerah yang memiliki hubungan patahan dengan lempeng ini.
Beberapa waktu lalu, ramai-ramai soal Megathrust Jawa. Itu kan Selatan dan di bagian Barat di segmen-segmen (patahan). Logikanya umum lempeng terpotong-potong, yang dekat-dekat itu yang berbahaya.
Termasuk Sesar Lembang itu, itu daratnya. Dan memang tidak nyambung dengan yang di laut. Kalau ada getaran di situ, dia mengaplikasikan zona di daerah itu. Satu benda patah melawan benda lemah ketika digoyangkan akan beda.
Tanya: Secara teori, gempa di laut dan darat tingkat kekuatannya lebih dahsyat yang mana?
Sampai sekarang belum ada teknologi yang bisa mengukur kekuatan gempa keluarnya akan seperti apa. Kalaupun di darat, ada namanya dislokasi, pergeseran. Di darat itu pasti berbahaya, atau terjadi di laut, tapi sesarnya dari darat nyambung ke laut.
Contoh Sesar Cimandiri, mulai dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang. Zona itu teramplikasi. Itu yang artinya gempa, gempa itu pedataran maupun pegunungan risikonya sama saja. Kalau di pedataran, memang tidak runtuh tapi kena bangunan. Pedataran tanah batuan dasarnya belum padat benar, sehingga kayak beras masih lepas-lepas. Kalau di pegunungan akibat gempa, longsor ada kolaps tanah.
Tanya: Bagaimana dengan kekuatan tsunami, seperti apa?
Di tempat lempeng ketemu lempeng itu terjadi dislokasi, naik ataupun turun. Sehingga dislokasi ini tentunya mengubah dimensi airnya. Dimensi air berubah maka terjadilah gelombang, turun dulu terus naik.
Daerah-daerah rawan tsunami kami sudah petakan. Sama juga Pantai Selatan. Tapi tidak seluruhnya. Kalau topografinya terjal, tidak mungkin masuk ke darat. Kalau landai kami petakan. Topografi terjal seperti apa? Uluwatu kan terjal. Kalau Pantai Kuta, itu topografinya lepas landai.
Tanya: Beberapa waktu lalu ada kajian tsunami besar 57 meter bisa menerjang Pandeglang. Apakah itu menjadi masukan bagi Peta Rawan Bencana?
Enggak semua, itu bagian dari referensi. Karena kan ilmu pengetahuan semua bisa. Kami kaji kemungkinannya. Teman-teman punya data patahannya, sehingga nanti berapa meter di daerah itu.
Sebagai masukannya. Kalau untuk memfinalisasi yang mana yang merahnya, kami hitung lagi. Karena bisa saja, bikin modelling. Misalkan gempa sekian, maka kami kasih contoh seperti di Aceh. Ada sistemnya, ada programnya.
Tanya: Apakah banyaknya gempa saat ini itu karena informasi semakin banyak atau memang keadaan geografis Bumi yang tidak pernah diam?
Pertama, mungkin saya juga berpikiran begitu, informasi utamanya. Sekecil apapun gempa (sekarang) tercatat. Alat-alat yang dimiliki BMKG sebarannya sudah rapat. Jangkauan alat-alat yang dipakai, acuannya Badan Geologi Amerika yang juga memantau seluruh dunia. Kemudian geologinya Jerman juga.
Alat-alat semakin canggih, sekecil apapun (gempa) terekam. Pada dasarnya dari dulu gempa sudah ada. Saya kecil juga sudah merasakan gempa. Cuma tidak heboh. Orang Bengkulu paling sering dapat gempa.
Lain persoalan ada perubahan iklim, perubahan gerakan Bumi kita perlu kajian lah. Saya belum melihat itu. Selama Bumi bergerak, pasti ada gerakan lah menurut saya.
Tanya: Pesan apa pada masyarakat agar siap menghadapi bencana?
Yang penting tempat kita itu adalah potensi bencananya apa. Harus kita kenal, tempat kita potensi bencananya apa. Setelah kenal, kita harus beradaptasi bencana itu seperti apa. Jadi mengenal bencana.
Misalkan tempat kita rawan longsor, berarti tempat kita harus tahu karakteristik kapan terjadinya longsor. Syukur-syukur bisa pindah sih.
Sama dengan kita tinggal di daerah gunung api. Kita harus apa, kapan kita harus di sini, kapan kita harus menyingkir. Kalau untuk kegempaan, paling tidak rumah kita itu di daerah gempa seperti apa. Sehingga kekuatan paling tidak rumah bangunan kita seperti apa.
Dan ada lagi arahan-arahan. Kalau kita ada gempa, ada arahannya harus apa. Tidak boleh ini, tidak boleh di bawah lereng yang terjal. Harus mencari lapangan yang luas. Ada beberapa arahan, itu sudah ada di pemda. []
SUMBER: VIVA