HIDUP tanpa keberkahan, maka bagaikan nasi tanpa lauk pauk. Sebab, hidup yang hanya dijalani sekehandaknya, tidak akan mampu membuat dirinya merasakan kenyamanan. Meski, pada lahiriyah terlihat menyenangkan, tetapi dalam hatinya terasa ada ganjalan. Mengapa? Sebab, tak ada keberkahan yang ia rasakan.
Orang yang tak memperoleh keberkahan dalam hidup, tentu selalu merasa resah dan gelisah. Hidupnya bagaikan perahu di laut yang tak dikendalikan. Terombang ambing, ke sana ke mari tanpa mengetahui arah dan tujuan. Lalu, bagaimana caranya agar hidup ini memperoleh berkah?
BACA JUGA: Sederhana tapi Bisa Jadi Berkah Bagi Kehidupan Muslim, Perhatikan Ini!
Berikut empat kunci untuk meraih keberkahan hidup.
Pertama, Takwa
Perlu diketahui bahwa takwa, tidak sependek berbelanja di mall yang lagi obral diskon dan hadiah. Tetapi, secara logika, pengamalan takwa secara sungguh-sungguh akan mendatangkan keuntungan tak terkira, yang bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat. Tetapi, lagi-lagi di sini diperlukan kejelian atau tepatnya kedalaman berpikir, sehingga ada kekuatan untuk terus sabar dan istiqomah dalam menjalani kehidupan ini dengan takwa.
Kedua, Shalat
Manivestasi iman paling dasar yang akan membuat ketakwaan seorang Mukmin terpelihara adalah shalat. Shalat secara fisik dalam tinjauan medis, ternyata memberikan dampak signifikan bagi kesehatan tubuh. Padahal, shalat di sisi yang lebih inti, merupakan media komunikasi setiap hamba dengan Alah Ta’ala.
Ketiga, Sedekah
Sedekah ini empirisnya terkesan mengurangi aset atau harta. Tapi, hakikatnya tidak. Dengan sedekah akan menambah pada sisi lainnya, yang pada akhirnya akan berimbas pada penambahan nominal itu sendiri. Abdurrahman bin Auf memang banyak mengeluarkan sedekah, tetapi sedekah itu pula yang membuatnya kewalahan menerima keuntungan dalam bisnis yang dijalaninya.
BACA JUGA: Sering Meninggalkan Shalat, Bagaimana Saya?
Oleh karena itu, tidak salah jika belakangan muncul istilah Giving is Receiving (memberi itu hakikatnya menerima). Toh, dalam Al-Qur’an, satu sedekah atau infak Allah janjikan balasan hingga 700 kali lipat (QS. Al-Baqarah [2]: 261). Tentu semua mensyaratkan keikhlasan dan kebeningan hati dan keseuaian dengan tuntunan Nabi.
Keempat, Memberi Maaf
Islam tidak menghendaki umatnya menjadi pendendam. Dalam soal ini, kita patut bercermin kepada Nabi Yusuf Alaihissalam. Beliau mengalami derita luar biasa karena sifat iri, dengki dan hasad saudara-saudaranya. Tetapi, kala Nabi Yusuf menjadi orang dan saudara-saudaranya datang dalam kondisi tak berdaya, beliau memaafkan mereka yang pernah menganiaya dan menyengsarakan kehidupan beliau.
Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang,” (QS. Yusuf [12]: 92).
Kita bisa lihat, apa pengakuan Allah terhadap sikap Nabi Yusuf yang jantan memberi maaf itu? Allah menyebut kisah beliau sebagai sebaik-baik kisah dari sejarah kehidupan umat manusia yang pernah ada di muka bumi ini. []