LAMPUNG—Aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda kini berada di level waspada. Pasalnya, gunung ini telah mengalami 348 kali kegempaan letusan sepanjang Jumat (5/10/2018) hingga Sabtu (6/10/2018) dini hari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 kilometer.
Bisa diamati sinar api dan lontaran material berpijar setinggi 100-200 meter di atas puncaknya.
BACA JUGA: Warga Sumbar Sumbang 1,6 Ton Rendang untuk Korban Gempa Sulteng
Hal itu berdasarkan laporan Windi Cahya Untung, petugas Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau yang diterima di Bandarlampung.
Pada periode pengamatan 5 Oktober 2018 pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, menunjukkan visual gunung kabut 0-III.
Asap kawah tidak teramati. Visual malam dari CCTV teramati sinar api dan lontaran material pijar dengan tinggi 100-200 meter di atas puncak.
Terdengar suara dentuman dan dirasakan getaran dengan intensitas lemah hingga kuat di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau. Getaran hingga membuat kaca dan pintu pos bergetar.
Kegempaan letusan 348 kali itu dengan amplitudo 35-50 mm, durasi 41-675 detik. Tremor Harmonik 26 kali, amplitudo 10-42 mm, durasi 30-130 detik. Vulkanik Dalam 2 kali, amplitudo 35-40 mm, S-P 1-1,5 detik, durasi 15-17 detik. Tremor menerus amplitudo 2-35 mm (dominan 15 mm).
BACA JUGA: Pakar Geologi: Siklus Gempa di Indonesia Masuki Fase “Terbangun dari Tidur”
Gunung api di dalam laut setinggi 338 MDPL ini, sepanjang pengamatan cuaca cerah, berawan, dan mendung.
Angin bertiup lemah ke arah timur dan tenggara. Suhu udara 23-32 serajat Celsius, kelembapan udara 65-97 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg. []
SUMBER: CNN